Minggu, 05 Juli 2015

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR / Mairita Fitri / Makalah



IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
A.    Pendahulua
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah  bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
B.     Hubungan Qada dan Qadar
Dari sudut bahasa, Qada bermakna hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan dan penciptaan. Mengikut syarak, Qada adalah ketetapan Allah SWT tentang sesuatu. Manakala Qadar dari segi bahasa membawa maksud undang-undang dan kepastian. Dari sudut syarak pula, Qadar membawa pengertian ketetapan terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk tertentu[1]. Allah berfirman dalam surat Al-An’aam ayat 57 :
 ÈbÎ) ãNõ3ßÛø9$# žwÎ) ¬! ( Èà)tƒ ¨,ysø9$# ( uqèdur çŽöyz tû,Î#ÅÁ»xÿø9$# ÇÎÐÈ  
Artinya : “ Sesungguhnya hokum ketentuan itu hanya kepunyaan Allh dan Dia sebaik-baik pemutus perkara.”
Qadar adalah pelaksanaan dari rencana Allah atau sering disebut dengan takdir yaitu keadaan terjadi menimpah makhluk Allah. Artinya Qadar dalam Al-Qur’an kita pahami sebagai suatu peraturan umum yang diciptakan Allah untuk menjadi dasar alam ini dengan hubungan sebab dan akibat. Telah menjadi undang-undang alam (sunatullah) yang abadi bahwa manusia juga terikat pada sunatullah itu. Ketentuan yang berlaku terhadap makhluk-Nya baik yang telah maupun akan terjadi semua berada dibawah ketentuan Allah swt. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qamar ayat 49 :
$¯RÎ) ¨@ä. >äóÓx« çm»oYø)n=yz 9ys)Î/ ÇÍÒÈ  
Artinya : “ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (QS. Al-Qamar : 49).
Sesuai dengan ayat tersebut Allah menerangkan bahwa seluruh makhluk adalah ciptaan-Nya. Makhluk dunia diciptakan menurut kehendak dan ketentuan-Nya sesuai dengan hokum-hukum yang ditetapkan untuk alam semesta ini. Dalam ayat lain Allah berfirman :
$¨B tb%x. n?tã ÄcÓÉ<¨Y9$# ô`ÏB 8ltym $yJŠÏù uÚtsù ª!$# ¼çms9 ( sp¨Zß «!$# Îû tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB ã@ö6s% 4 tb%x.ur ãøBr& «!$# #Yys% #·rßø)¨B ÇÌÑÈ  
Artinya: “ Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu[1221]. dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”. (QS.Al-Ahzab :38).
Berdasarkan semua keterangan diatas, jelaslah hubungan antara qada dan qadar. Qada mengacu pada hukum, undang-undang, peraturan dan ketetapan Allah yang berlaku atas semua makhluknya, sedangkan qadar mengacu kepada pelaksanaan dari rencana Allah atas hokum, undang-undang dan ketetapan-Nya.
Qada dan Qadar disebut juga sebagai takdir dan takdir dibahagikan kepada dua iaitu:
a.    Takdir Muallaq ialah ketetapan yang berkait dengan usaha manusia. Setiap keputusan yang didapati sesuai dengan kadar usaha yang dilakukan. Contohnya, seorang pelajar universiti mahasiswa ingin menjadi pelajar cemerlang seorang doktor perubatan. Bagi mencapai keinginan tersebut, dia perlu belajar dengan rajin. Berkat kesungguhan, akhirnya beliau mendapat anugerah pelajar jadi seorang doktor perubatan yang cemerlang.
b.    Takdir Mubram ialah ketetapan yang tidak dapat diubah secara semulajadi. Contohnya, orang yang dilahirkan bermata sepet sedangkan ibu bapanya bermata besar. Mata tersebut tidak dapat diubah secara semulajadi tetapi dapat diubah dengan bantuan melalui pembedahan.[2]
C.      Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar
1.        Sunatullah atas Alam
Ungkapan sunatullah atas alam raya (hokum-hukum alam) dan rumusan hipotesis memungkinkan seseorang dapat mempersaksikan peristiwa-peristiwa alam dalam kondisi tertentu. Sunatullah berhubungan dengan kejadian-kejadian alam yang berjalan secara tetap dan otomatis.
Seperti telh dikemukakan, kitab suci mengajarkan untuk mengamati alam raya, melakukan ekspimen dan menggunakan akal untuk memahami keadaannya. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 164 :
¨bÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏG÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$yg¨Y9$#ur Å7ù=àÿø9$#ur ÓÉL©9$# ̍øgrB Îû ̍óst7ø9$# $yJÎ/ ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# !$tBur tAtRr& ª!$# z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# `ÏB &ä!$¨B $uŠômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 7p­/!#yŠ É#ƒÎŽóÇs?ur Ëx»tƒÌh9$# É>$ys¡¡9$#ur ̍¤|¡ßJø9$# tû÷üt/ Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷ètƒ ÇÊÏÍÈ  
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Adapun ayat yang menyebutkan tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang mau memikirkannya. QS. Adz-Dzaariyaat ayat 20-21 :
Îûur ÇÚöF{$# ×M»tƒ#uä tûüÏZÏ%qçHø>Ïj9 ÇËÉÈ   þÎûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ  
Artinya : “ Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.  Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? .”
Di samping menggambarkan bahwa alam raya dan seluruh isinya adalah dapat dijangkau oleh akal dan daya upaya manusia, ayat tersebut juga menggarisbawahi bahwa segala sesuatu yang di alam raya ini telah dimudahkan untuk dimamfaatkan bagi manusia.

2.        Manusia wajib berusaha dalam mencapai tujuan
Dengan kekuatan yang dimiliki, manusia diwajibkan berusaha untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat kelak walaupun segala sesuatu yang akan terjadi telah ditetapkan oleh Allah  swt. Dalam berusaha manusia tidak perlu memikirkan tentang takdir yang akan terjadi atas dirinya. Sebab setiap orang tidak akan tahu nasibnya di masa mendatang, yang penting adalah berusaha terus dengan sekuat tenaga dan kemampuannya serta tidak boleh berpangku tangan, karna nasib akan berubah apabila kita mau berusaha mengubahnya. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11 :
 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
Artinya :“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia wajib berusaha agar dapat mengubah nasibnya. Manusia tidak boleh menyerah kepada takdir Allah dengan begitu saja, melainkan diwajibkan berusaha sekuat tenaga, karena kenyataannya segala sesuatu yang akan kita peroleh tidak dating dengan sendirinya melainkan harus dengan usaha.
3.    Pengertian ikhtiar
Ikhtiar adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup. Sebagaiman diketahui bahwa terjadi atau tidaknya sesuatu itu ada sebabnya. Ada lagi sebab yang menyebabkan hasil ikhtiar kita sendiri, seperti ketekunan dan keuletan dalam belajar  telah menyebabkan seorang memiliki banyak ilmu. Alllah berfirman dalam QS. An-Najm ayat 39-42 :

br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ   ¨br&ur ¼çmuŠ÷èy t$ôqy 3tãƒ ÇÍÉÈ   §NèO çm1tøgä uä!#tyfø9$# 4nû÷rF{$# ÇÍÊÈ   ¨br&ur 4n<Î) y7În/u 4pktJYßJø9$# ÇÍËÈ  
 Artinya : ”Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna, Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu)”.
4.    Pengertian tawakal
Tawakal artinya menyerahkan dan menggantungkan segalah sesuatu dengan mengharapkan rida Allah swt. Allah berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 11 :
 n?tãur «!$# È@ž2uqtGuŠù=sù šcqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÊÈ  
Artinya :” Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakkal (berserah diri)”.
Semua yang terjadi di atas bumi merupakan ketetapan Allah. Manusia hanyalah menerima, mempelajari dan mencari hikmah serta mamfaat dari semua ketetapan Alla tersebut seperti bencana alam. W.alaupun kita sudah mengusahakan dengan segala kemampuan untuk menghindarinya, namun bencana tetap menimpa pada diri manusia maka dalam keadaan demikian barulah bertawakal kepada Allah.
5.        Hubungan antara ikhtiar dan tawakal
Dalam mengerjakan sesuatu hendaklah dikerjakan dengan sungguh-sungguh, tekun, teliti dan cermat serta hati-hati. Hal ini merupakan usaha /ikhtiar, kemudian barulah kita bertawakal kepada Allah dengan disertai doa. Alllah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 159 :
 #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya :“kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”
Kalau qadar yang diberikan Allah itu baik, maka ikhtiar dan kasabnya itu baik, sebaliknya kalau buruk berarti ikhtiar dan kasanya itu jelek dan tidak baik. Kita mengerjakan sesuatu bukan karena mengetahui qada dan qadar Allah. Misalnya berusaha belajar dengan tekun bahwa kita akan menjadi orang yang pandai. Jadi secara singkat dapat dinyatakan bahwa segala sesuatu ada sebabnya.
Manusia dianjurkan untuk berikhtiar, bekerja keras dengan tawakal dan doa. Tidak boleh berpangju tangan. Orang yang tidak mau berikhtiar lantaran dia beralasan, bahwa itu sudah ditentukan oleh Allah adalah pendapat yang salah dan tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.[3]
D.      Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
1.        Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
$tBur Nä3Î/ `ÏiB 7pyJ÷èÏoR z`ÏJsù «!$# ( ¢OèO #sŒÎ) ãNä3¡¡tB ŽØ9$# Ïmøs9Î*sù tbrãt«øgrB ÇÎÌÈ  
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
¢ÓÍ_t7»tƒ (#qç7ydøŒ$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqムÏmŠÅzr&ur Ÿwur (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ߧt«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ  
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87).”
3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firaman Allah:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77).”
4.Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

$pkçJ­ƒr'¯»tƒ ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ   ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuŠÅÊ#u Zp¨ŠÅÊó£D ÇËÑÈ   Í?ä{÷Š$$sù Îû Ï»t6Ïã ÇËÒÈ   Í?ä{÷Š$#ur ÓÉL¨Zy_ ÇÌÉÈ  
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30).[4]
E.       Kesimpulan
Qada adalah ketentuan dan ketetapan yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Ketetapan dan ketentuan itu hanya Allah yang membuat. Oleh karena itu hanya Allah saja yang tahu.
Qadar adalah pelaksanaan dari rencana Allah atau sering disebut dengan takdir yaitu keadaan terjadi menimpah makhluk Allah. Artinya Qadar dalam Al-Qur’an kita pahami sebagai suatu peraturan umum yang diciptakan Allah untuk menjadi dasar alam ini dengan hubungan sebab dan akibat. Telah menjadi undang-undang alam (sunatullah) yang abadi bahwa manusia juga terikat pada sunatullah itu. Ketentuan yang berlaku terhadap makhluk-Nya baik yang telah maupun akan terjadi semua berada dibawah ketentuan Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahan
Aminuddin, Dkk, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.
https://www.facebook.com/permalink.php?id=356415154427945&story_fbid=367028436699950


[1]https://www.facebook.com/permalink.php?id=356415154427945&story_fbid=367028436699950

[2]https://www.facebook.com/permalink.php?id=356415154427945&story_fbid=367028436699950

[3] Aminuddin, Dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 200), h. 57
[4] http://hbis.wordpress.com/2007/12/10/iman-kepada-qadha-dan-qadar