Sabtu, 28 Maret 2015

MAKALAH TENTANG PENGETAHUAN YANG MENDUKUNG APLIKASI MANAJEMEN KELAS / Mairita fitri / makalah


PENGETAHUAN YANG MENDUKUNG APLIKASI
MANAJEMEN KELAS
Oleh: Mairita Fitri


A.     Pendahuluan
Ruang kelas merupakan salah satu tempat dimana seorang guru memberikan pelajaran kepada peserta didiknya. Dalam proses pengajaran, kondisi yang nyaman dan menyenangkan akan sangat membantu tersampainya materi yang diajarkan guru kepada peserta. Kondisi yang seperti itu harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja, agar dapat dihindarkan dari kondisi yang merugikan atau merusak kenyamanan belajar.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, seperti perumusan tujuan secara jelas dan tepat, pemilihan materi yang sesuai, pemilihan metode yang tepat, serta lengkapnya sumber-sumber belajar dan sebagainya.
Dengan demikian, suatu kegiatan pengelolaan pengajaran atau manajemen pengajaran sekaligus di dalamnya terdapat kegiatan pengajaran itu sendiri dan juga kegiatan pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaa, sedangkan masalah pengajaran harus ditnggulangi dengan korektif instruksional. Maka dibutuhkan pengetahuan dari seorang guru tentang apa-apa saja pengetahuan yang mendukung aplikasi manajemen kelas.




B.     Pengetahuan Yang Mendukung Aplikasi Manajemen Kelas
1.      Pendekatan Dalam Manajemen Kelas
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam menetapkan pendekatan pendekatan apa yang akan digunakan hendaknya mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut dengan hakekat masalah yang ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kealas serta memahami kondisi psikologi para siswa yang dihadapinya.
Hal lain yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah sikap profesional dalam mengelola kelas. Artinya bahwa guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada sehingga dapat menetapkan alternatif pendekatan yang lain dan seterusnya.[1]
Berikut ini ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam mengelola kelas, antara lain sebagai berikut:
1)      Pendekatan dengan Penerapan Sejumlah “Larangan dan Anjuaran”.
Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk: Penghukuman (pengancaman), Penguasaan (penekanan), Pengalihan (pemasabodohan). Ketiga bentuk tersebut akan memungkinkan munculnya prilaku siswa yang tidak diharapkan seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat siswa atau sikap mencari kambing hitam. Namun pendekatan ini dianggap kurang efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif. Semboyang dari pendekatan ini adalah “Jika terjadi masalah ini lakukan itu atau itu”. Apabila pendekatan ini dilakukan maka ada beberapa tindakan guru yang perlu diperhatikan antara lain:
a)      Jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya
b)      Apabila memberikan peringatan pada siswa hendaknya tidak menggunakan suara tinggi
c)      Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa
d)      Jangan pilih kasih
e)      Sebelum menghukum siswa, terlebih dahulu buktikan bahwa siswa itu bersalah
f)       Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda terapkan.
2)      Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku.
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang manjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengann memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang dan puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberikan sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik yang menganggap bahwa semua tingkah laku merupakan hasil belajar, dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap individu perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran. Prinsip psikologi tersebut adalah sebagai berikut:
a.     Tindakan penguatan positif
Yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan. Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:
·         Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup.
·         Penguatan sekunder bersyarat yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari.
Ditinjau dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara:
ü  Terus menerus pada setiap kali terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan
ü  Tenggang waktu atau berkala, yaitu setelah jangka jam pelajaran dimulai, atau setiap “sekian” kali pertemuan.
b.      Tindakan penghukuman
Yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh “yang tidak dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akbat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang memberi hukuman) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu.
c.       Tindakan penghilangan hak
Yaitu tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti yang lalu (menahan pemberian penguatan positif), atau pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa.
d.      Tindakan penguatan negatif
Yaitu meniadakan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman. Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat menerskan atau meningkatkan perilaku-perilaku yang dikehendaki.
Berdasarikan uraian diatas dapat disimpukan bahwa penerapan pendekatan tingkah laku (behavior modivication) mengandung prinsip. Mengabaikan persetujuan atas tingkah laku yang tidak diinginkan, menunjukkan persetujuan atas tingkah laku yang di inginkan, itu sangat efektif menumbuhkan tingkah laku yang baik pada siswa.
Keharmonisan  hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa dan guru tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan ada berbagai pendekatan seperti dalam uraian berikut:
1)      Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan gutu disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Didalamnya ada penguasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
2)      Pendekatan ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3)      Pendekatan kebebasan
Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakna semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4)      Pendekatan resep
Pendekatan ini  dilakukan dengan memberikan satu daftar yang dapat mengambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereasi semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanya mengikuti petunjuk seprti yang tertulis dalam resep.
5)      Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atau suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan melaksanaan akan mencegah munculnya maslah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dipecahkan. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6)      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan ini akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guu dan siswa serta hubungan antar siswa. Dalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
7)      Pendekatan kerja kelompok
Dalam pendekatan ini peranan guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok.
8)      Socio-Emotional Climate Approach (humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahhwa proses pembelajaran yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik dengan guru dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.[2]
9)      Pendekatan proses kelompok (Group Process Approach)
Pendekatan proses kelompok (group process approach) disebut juga pendekatan sosio-psikologis merupakan pendekatan yang mengutamakan pengaturan dan pengoptimalan interaksi antar peserta didik dalam suatu kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Pendekatan ini dipilih berdasarkan prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Pendekatan proses kelompok memiliki beberapa latar belakang antara lain sebagai berikut.
a.       Kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kelompok yang berbasis kelas.
b.       Salah satu tugas guru adalah menciptakan dan mempertahankan situasi kelompok kelas agar tetap efektif, efisien, dan produktif.
c.       Kelompok kelas merupakan sistem sosial yang memiliki prinsip-prinsip pengelolaan yang berlandaskan pendekatan kelompok.
Hasibuan dan Moedjiono (1995:177), mengungkapkan bahwa pendekatan kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin.[3]
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam suasana kelompok (kelompok kelas) dan tugas guru yang terutama dalam pengelolaann kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang efektif dan produktif. Dalam hal ini Johnson dan Bany yang dikutip oleh Noorhadi, mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan proses kolompok, diantaranya; keakraban, solidaritas, loyalitas, moral, kepuasan, dan iklim.
Schmuck mengemukakan enam unsur yang berkenaan dengan pengelolaan kelas melalui pendekatan proses kelompok, yaitu; Harapan, Kepemimpinan, Kemenarikan, Norma, Komunikasi, Keeratan. Dan dapat disimpulkann bahwa pengelolaan kelas dengan pendekatan proses kelompok adalah sebagai berikut.
a.       Guru hendaknya mampu membentuk dan memelihara kelompok kelas maupun kelompok kecil, yang efektif dan produktif.
b.      Kelompok efektif dan produktif dapat terjadi apabila dalam kelompok tersebut memiliki harapan, kepemimpinan, keterkaitan, suasana iklim, baik fisik (tempat, udara dan sebagainya) maupun non fisik (solidaritas, loyalitas, kepuasan, keakraban), norma aturan dan komunikasi.
c.       Guru tanggap dan mampu merubah kelompok yang tidak efektif dan tidak produktif.[4]
Proses kelompok belajar siswa dapat dirumuskansebagai peosedur manajemen kelas yang demokratis, yang guru dan siswa secara bersama mengidentifikasi, mencari, dan berusaha memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dikelas, tujuan proses kolompok belajar siswa adalah meningkatkan produktivitas pembelajaran, baik teori maupun praktik. Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam proses kolompok belajar siswa antara lain:
-          Membangun moral kelompok yang tergabung dalam satu wadah kerja sama, khususnya kerja sama guru dan siswa.
-           Membangun sifat-sifat kepemimpinan.
-          Pencapaian tujuan pembelajaran secara baik.[5]
10)  Pendekatan Elektis atau Pluralistik
            Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang di hadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut.
2.      Strategi Dalam Manajemen Kelas
Peranan guru sebagai manejer dalam kegiatan belajar di kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.oleh kerena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan mutu disemua jenjang pendidikan adalah Ujian Akhir Sekolah yang disingkat UAS dengan Ujian Ujian Akhir Nasional yang disingkat UAN, selalu dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran oleh semua sekolah mulai dari SD sampai SMA dan SMK. Tujuan utama Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional adalah untuk:
  1. Mengukur pencapaian hasil belajar pesrta didik.
  2. Mengukur mutu pendidikan.
  3. Mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota , dan sekolah kepada masyarakat.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencapa tujuan pendidikan nasional sebagai mana tertulis dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalu Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di indonesia meningkat.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan beguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses pembelajran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey mengemukakan peranan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Guru sebagai demostrator
2.      Guru sebagai pengelola kelas
3.      Guru sebagai mediator dan fasilitator
4.      Guru sebagai evaluator
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amantembun pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Usman “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru didalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Tulisan ini bertujuan untuk mendiskripsi yang jelas dan rinci tentang strategi guru dalam:[6]
a)      Menyusun Rencana Pembelajaran
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam tahap persiapan pengajaran. Dalam rencana pembelajaran ini, anda menyusun standar kompetensi pembelajaran, kompetensi dasar serta indikator keberhasilan pembelajaran tersebut. Dengan tiga hal tersebut proses pembelajaran anda tentuu akan semakin teratah, terlebih lagi ada indikator yang jelas.[7]
b)      Membangun Kerjasama Dengan Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Dalam menjalani kerjasama dengan siswa, strategi ynag ditetapkan oleh guru adalah sebagai berikut:
o   Menjalin hubungan baik dengan siswa.
o   Berusaha memahami latar belakang siswa.
o   Penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik.
o   Penggunaan model mengajar yang bervariasi dan
o   Memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah.
            Pengembangan sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah tidak hanya menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga menjalin kerjasama dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah sebagai berikut: pengadaan sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon mahasiswa, penyaluran bakat dan minat siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler dan pengadaan pembinaan ekstra kurikuler.
            Kerjasama dalam hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja, melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa,
c)      Pemberian Motivasi Belajar Terhadap Siswa
Mengingat input siswa baru yang masuk ke sekolah setiap tahunnya tergolong tinggi, demikian pula secara umum motivasi belajar siswanya bagus, sehingga pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut:
a.       Khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal
b.      Pemberian tugas untuk praktek lapangan
c.       Mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah
d.      Mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua
e.       Pemberian reinforcement
f.       Penggunaan media dalam pembelajaran dan
g.       Pemberian layanan bimbingan
Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas dalam siswa, khususnya di sekolah hasilnya efektif sekali karena dengan strategi tersebut mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
d)      Strategi dalam menciptakan iklim pembelajaran
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan melakukan upaya berupa:
a.         Petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan
b.        Waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan di bantu petufas tatib dan guru pebimbing
c.         Dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa
d.        Guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis
e.         Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau maslah lainnya
f.         Guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran eksak.



e)      Upaya Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
Karakteristik sekolah adalah semua keluarganya mulai dari pimpinan sekolah, guru, karyawan, siswaamemiliki budaya disiplin yang tinggi. Namun demikian pihak sekolah tetap mempertahankan serta melestarikan budaya disiplin yang sudah bagus untuk ditingkatkan menjadi kultur disiplin yang mandiri. adapun strategi untuk meningkat  disiplin sebagai berikut:
a.         Sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang  dikelola dengan baek, adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan perilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan
b.         Mewajibkan siswa baru  untuk mengikuti ekstrakurikuler  pramuka
c.         Pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas
d.         Memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas
e.         Setiap upacara hari senin diumum kan frekuensi pelanggaran terendah.
f)       Pelaksanaan Evaluasi Proses Pembelajar
Evaluasi dalam pembelajran ada dua macam yaitu:
a.       Penilaian terhadap hasil belajar siswa
b.      Penilaian terhadap proses pengajaran[8]
Evaluasi pembelajaran adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain:
-          Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
-          Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
-          Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kolompoknya.
-          Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
Penilaian kelas merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oleh semua guru untuk menerapkan sistem penilaian berbasis kompetensi. Denan sistem ini diharapkan penilaian dapat dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Secara umum alat-alat evaluasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: alat tes dan non tes.[9]
Adapun strategi guru dalam meningkatkan hasil belajar:
·         Strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mengadakan rapat kerja dengan kegiatan membuat recana kegiatan pembelajaran selama setahun kedepan yaitu menyusun silabus, analisa mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program pembelajaran.
·         Strategi guru dalam menjalin kerja sama dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran
·         Guru memberikan motivasi belajar siswa
·         Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif[10]
·         Strategi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, yaitu mewajibkan semua siswa baru untuk mengisi format pernyataan tentang kesediaan siswa untuk mematuhi semua peraturan dan tata tertip yang berlaku disekolah dengan mengetahui orang tua, apabila dikemudian hari siswa melanggar, maka siswa harus bersedia untuk menerima sanksi bahkankalau sering melakukan pelanggaran maka siswa dikembalikan kepada orang tua.[11]
C.     Kesimpulan
Mengenai pengetahuan yang mendukung dalam aplikasi manajemen kelas terbagi dua yaitu pengetahuan yang  berkenaan dengan pendekatan dan strategi dalam manajemen kelas. Jadi seorang guru mestilah mengetahui pendekatan-pendekatan dan strategi tersebut agar bisa lebih memudahkan seorang guru dalam mengenal siswa, mengatur kelas, dan lain sebagainya hingga tercapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran di kelas dibutuhkan kekompakan antara siswa dan guru agar terciptanya kondisi kelas yang aman dan nyaman.
Adapun pendekatan yang mesti digunakan dalam mengelola kelas yakni; Pendekatan dengan menerapan sejumlah “larangan dan anjuran”, Serta Pendekatan pengubahan tingkah laku. Sedangakan strategi guru dalam manajemen kelas terbagi menjadi:
-          Menyusun pencana pembelajaran
-          Membangun kerjasama dengan siswa didalam kelas
-          Pemberian motivasi belajar kepada siswa
-          Strategi dalam menciptakan iklim pembelajaran
-          Upaya dalam meningkatkan disiplin
-          Pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Danim Sudarwan,  Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Mudasir, Manajemen Kelas, Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011.
Mukhtar Dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.



[1]Mudasir, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), h. 29-30.
[2]Ibid., h. 31-39
[4]Mudassir, Op Cit., h. 40.
[5]Sudarwan Danim,  Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 155.
[6]Mudassir, Op Cit., h. 48-50.
[8]Mudassir. Op Cit., h. 52-54.
[9]Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 233-234
[10]Mudasir, Op Cit., h. 55-60
[11]Ibid.,  h.62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar