PENGETAHUAN
YANG MENDUKUNG APLIKASI
MANAJEMEN KELAS
Oleh: Mairita Fitri
A.
Pendahuluan
Ruang kelas merupakan salah satu tempat dimana seorang guru
memberikan pelajaran kepada peserta didiknya. Dalam proses pengajaran, kondisi
yang nyaman dan menyenangkan akan sangat membantu tersampainya materi yang
diajarkan guru kepada peserta. Kondisi yang seperti itu harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja, agar dapat dihindarkan dari kondisi yang
merugikan atau merusak kenyamanan belajar.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keberhasilan mengajar
seorang guru tidak hanya ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan langsung
dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, seperti perumusan tujuan secara
jelas dan tepat, pemilihan materi yang sesuai, pemilihan metode yang tepat,
serta lengkapnya sumber-sumber belajar dan sebagainya.
Dengan demikian, suatu kegiatan pengelolaan pengajaran atau
manajemen pengajaran sekaligus di dalamnya terdapat kegiatan pengajaran itu
sendiri dan juga kegiatan pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas harus
ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaa, sedangkan masalah pengajaran
harus ditnggulangi dengan korektif instruksional. Maka dibutuhkan pengetahuan
dari seorang guru tentang apa-apa saja pengetahuan yang mendukung aplikasi
manajemen kelas.
B.
Pengetahuan
Yang Mendukung Aplikasi Manajemen Kelas
1.
Pendekatan
Dalam Manajemen Kelas
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara
kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan
kelas. Selanjutnya, dalam menetapkan pendekatan pendekatan apa yang akan digunakan
hendaknya mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan
tersebut dengan hakekat masalah yang ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang
guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kealas
serta memahami kondisi psikologi para siswa yang dihadapinya.
Hal lain yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah sikap
profesional dalam mengelola kelas. Artinya bahwa guru sudah yakin atas pilihan
pendekatan pengelolaan kelas yang akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya
hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka ia hendaknya mampu
mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada sehingga dapat
menetapkan alternatif pendekatan yang lain dan seterusnya.[1]
Berikut ini ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam mengelola
kelas, antara lain sebagai berikut:
1)
Pendekatan
dengan Penerapan Sejumlah “Larangan dan Anjuaran”.
Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan
otoriter dan pendekatan permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:
Penghukuman (pengancaman), Penguasaan (penekanan), Pengalihan (pemasabodohan). Ketiga
bentuk tersebut akan memungkinkan munculnya prilaku siswa yang tidak diharapkan
seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat
siswa atau sikap mencari kambing hitam. Namun pendekatan ini dianggap kurang
efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada
masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada
pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap
absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan
yang lebih luwes dan kreatif. Semboyang dari pendekatan ini adalah “Jika
terjadi masalah ini lakukan itu atau itu”. Apabila pendekatan ini dilakukan
maka ada beberapa tindakan guru yang perlu diperhatikan antara lain:
a)
Jangan menegur siswa dihadapan
kawan-kawannya
b)
Apabila memberikan peringatan pada
siswa hendaknya tidak menggunakan suara tinggi
c)
Bersikap tegas dan adil terhadap semua
siswa
d)
Jangan pilih kasih
e)
Sebelum menghukum siswa, terlebih
dahulu buktikan bahwa siswa itu bersalah
f)
Patuhlah pada aturan-aturan yang
sudah anda terapkan.
2)
Pendekatan Pengubahan
Tingkah Laku.
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik. Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku
yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif
yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang manjadi
anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau
positif harus dirangsang dengann memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan
perasaan senang dan puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam
melaksanakan program kelas diberikan sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik yang
menganggap bahwa semua tingkah laku merupakan hasil belajar, dan juga
berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap individu perlu diperhatikan dalam
proses pembelajaran. Prinsip psikologi tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tindakan penguatan positif
Yaitu
memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau
hasil yang memang diharapkan. Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:
·
Penguatan primer (dasar) yaitu
penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk
berlangsungnya hidup.
·
Penguatan sekunder bersyarat yang
menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari.
Ditinjau
dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara:
ü
Terus menerus pada setiap kali
terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan
ü
Tenggang waktu atau berkala, yaitu
setelah jangka jam pelajaran dimulai, atau setiap “sekian” kali pertemuan.
b.
Tindakan penghukuman
Yaitu
suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai, dengan
harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat kontroversial
(dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang
efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki,
sekaligus merupakan contoh “yang tidak dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian
lain melihat bahwa akbat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang
memberi hukuman) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu.
c.
Tindakan penghilangan hak
Yaitu
tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti yang lalu (menahan pemberian
penguatan positif), atau pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya
diharapkan siswa.
d.
Tindakan penguatan negatif
Yaitu
meniadakan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak disukai. Atau dengan
kala lain menghilangkan hukuman. Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat
menghentikan atau mengurangi perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta
dapat menerskan atau meningkatkan perilaku-perilaku yang dikehendaki.
Berdasarikan uraian diatas dapat disimpukan bahwa penerapan
pendekatan tingkah laku (behavior modivication) mengandung prinsip. Mengabaikan
persetujuan atas tingkah laku yang tidak diinginkan, menunjukkan persetujuan
atas tingkah laku yang di inginkan, itu sangat efektif menumbuhkan tingkah laku
yang baik pada siswa.
Keharmonisan hubungan guru
dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa dan guru tersimpul dalam
bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan
yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Syaiful Bahri Djamarah
menyebutkan ada berbagai pendekatan seperti dalam uraian berikut:
1)
Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan gutu disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya. Didalamnya ada penguasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas.
2)
Pendekatan ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah
laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang,
ejekan, sindiran, dan memaksa.
3)
Pendekatan kebebasan
Pengelolaan
diartikan suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakna semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4)
Pendekatan resep
Pendekatan
ini dilakukan dengan memberikan satu
daftar yang dapat mengambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereasi semua masalah atau situasi yang terjadi
dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanya mengikuti petunjuk seprti yang
tertulis dalam resep.
5)
Pendekatan pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atau suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
melaksanaan akan mencegah munculnya maslah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dipecahkan. Pendekatan ini menganjurkan tingkah
laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak
didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6)
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan
ini akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik
berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guu dan
siswa serta hubungan antar siswa. Dalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut.
7)
Pendekatan kerja kelompok
Dalam
pendekatan ini peranan guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok.
8)
Socio-Emotional Climate Approach
(humanistic Approach)
Asumsi
yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahhwa proses pembelajaran yang
baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik
dengan guru dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim
sosio-emosional yang baik.[2]
9)
Pendekatan proses kelompok (Group
Process Approach)
Pendekatan
proses kelompok (group process approach) disebut juga pendekatan
sosio-psikologis merupakan pendekatan yang mengutamakan pengaturan dan
pengoptimalan interaksi antar peserta didik dalam suatu kegiatan kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif
dan efisien. Pendekatan ini dipilih berdasarkan prinsip psikologi sosial dan
dinamika kelompok. Pendekatan proses kelompok memiliki beberapa latar belakang
antara lain sebagai berikut.
a. Kenyataan bahwa kegiatan
pembelajaran berlangsung dalam kelompok yang berbasis kelas.
b. Salah satu
tugas guru adalah menciptakan dan mempertahankan situasi kelompok kelas agar
tetap efektif, efisien, dan produktif.
c. Kelompok kelas merupakan sistem
sosial yang memiliki prinsip-prinsip pengelolaan yang berlandaskan pendekatan
kelompok.
Hasibuan dan
Moedjiono (1995:177), mengungkapkan bahwa pendekatan kelompok agar memiliki
suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan,
dan pemimpin.[3]
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Pendekatan
ini bertolak dari asumsi bahwa pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam
suasana kelompok (kelompok kelas) dan tugas guru yang terutama dalam
pengelolaann kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang efektif dan
produktif. Dalam hal ini Johnson dan Bany yang dikutip oleh Noorhadi,
mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan proses kolompok, diantaranya;
keakraban, solidaritas, loyalitas, moral, kepuasan, dan iklim.
Schmuck mengemukakan enam unsur yang berkenaan dengan pengelolaan
kelas melalui pendekatan proses kelompok, yaitu; Harapan, Kepemimpinan, Kemenarikan,
Norma, Komunikasi, Keeratan. Dan dapat disimpulkann bahwa pengelolaan kelas
dengan pendekatan proses kelompok adalah sebagai berikut.
a.
Guru hendaknya mampu membentuk dan
memelihara kelompok kelas maupun kelompok kecil, yang efektif dan produktif.
b.
Kelompok efektif dan produktif dapat
terjadi apabila dalam kelompok tersebut memiliki harapan, kepemimpinan,
keterkaitan, suasana iklim, baik fisik (tempat, udara dan sebagainya) maupun
non fisik (solidaritas, loyalitas, kepuasan, keakraban), norma aturan dan
komunikasi.
c.
Guru tanggap dan mampu merubah
kelompok yang tidak efektif dan tidak produktif.[4]
Proses kelompok belajar siswa dapat dirumuskansebagai peosedur
manajemen kelas yang demokratis, yang guru dan siswa secara bersama
mengidentifikasi, mencari, dan berusaha memecahkan masalah untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dikelas, tujuan proses kolompok belajar siswa adalah
meningkatkan produktivitas pembelajaran, baik teori maupun praktik. Adapun
nilai-nilai yang terkandung didalam proses kolompok belajar siswa antara lain:
-
Membangun moral kelompok yang
tergabung dalam satu wadah kerja sama, khususnya kerja sama guru dan siswa.
-
Membangun sifat-sifat kepemimpinan.
-
Pencapaian tujuan pembelajaran
secara baik.[5]
10)
Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic
approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas dan inisiatif wali
atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi
yang di hadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan
dan atau ketiga pendekatan tersebut.
2.
Strategi Dalam
Manajemen Kelas
Peranan guru sebagai manejer dalam kegiatan belajar di kelas sudah
lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu
mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya
tujuan pengajaran.oleh kerena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan
kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan
di tanah air.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan mutu
disemua jenjang pendidikan adalah Ujian Akhir Sekolah yang disingkat UAS dengan
Ujian Ujian Akhir Nasional yang disingkat UAN, selalu dilaksanakan setiap akhir
tahun pelajaran oleh semua sekolah mulai dari SD sampai SMA dan SMK. Tujuan
utama Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional adalah untuk:
- Mengukur pencapaian hasil belajar pesrta didik.
- Mengukur mutu pendidikan.
- Mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota , dan sekolah kepada masyarakat.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencapa tujuan
pendidikan nasional sebagai mana tertulis dalam Undang-undang Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 sebagai
berikut:
“Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah
Republik Indonesia melalu Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan
perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di indonesia, yaitu dalam bentuk
pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan
dapat dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang
pada akhirnya mutu pendidikan di indonesia meningkat.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar
mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan beguna untuk
mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena
pada dasarnya proses pembelajran merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru
dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal. Adam dan Decey mengemukakan peranan guru dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1.
Guru sebagai demostrator
2.
Guru sebagai pengelola kelas
3.
Guru sebagai mediator dan
fasilitator
4.
Guru sebagai evaluator
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola
kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amantembun pengelolaan kelas adalah
upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta
mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”. Sedangkan menurut Usman “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
persyaratan mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif”.
Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru didalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat
mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan
mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan sosio emosional dan
mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi
yang memungkinkan, indikatornya proses pembelajaran berlangsung secara efektif.
Tulisan ini bertujuan untuk mendiskripsi yang jelas dan rinci tentang strategi
guru dalam:[6]
a)
Menyusun Rencana
Pembelajaran
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang
sangat penting dalam tahap persiapan pengajaran. Dalam rencana pembelajaran
ini, anda menyusun standar kompetensi pembelajaran, kompetensi dasar serta
indikator keberhasilan pembelajaran tersebut. Dengan tiga hal tersebut proses
pembelajaran anda tentuu akan semakin teratah, terlebih lagi ada indikator yang
jelas.[7]
b)
Membangun Kerjasama
Dengan Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Dalam menjalani kerjasama dengan siswa, strategi ynag ditetapkan
oleh guru adalah sebagai berikut:
o
Menjalin hubungan baik dengan siswa.
o
Berusaha memahami latar belakang
siswa.
o
Penguasaan materi dan cara
penyajiannya menarik.
o
Penggunaan model mengajar yang
bervariasi dan
o
Memberi pembinaan khusus bagi siswa
bermasalah.
Pengembangan
sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah tidak hanya
menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga menjalin kerjasama
dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan alumni. Adapun
bentuk kerjasamanya adalah sebagai berikut: pengadaan sarana dan fasilitas
sekolah, rekrutmen calon mahasiswa, penyaluran bakat dan minat siswa melalui
kegiatan ekstrakulikuler dan pengadaan pembinaan ekstra kurikuler.
Kerjasama dalam
hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja,
melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya
peningkatan prestasi belajar siswa,
c)
Pemberian Motivasi
Belajar Terhadap Siswa
Mengingat input siswa baru yang masuk ke sekolah setiap tahunnya
tergolong tinggi, demikian pula secara umum motivasi belajar siswanya bagus,
sehingga pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut:
a.
Khususnya siswa kelas tiga selalu
diberi latihan-latihan soal
b.
Pemberian tugas untuk praktek lapangan
c.
Mengikut sertakan siswa dalam
kegiatan ilmiah
d.
Mengkomunikasikan hasil belajar
siswa melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua
e.
Pemberian reinforcement
f.
Penggunaan media dalam pembelajaran
dan
g.
Pemberian layanan bimbingan
Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas dalam siswa,
khususnya di sekolah hasilnya efektif sekali karena dengan strategi tersebut
mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
d)
Strategi dalam
menciptakan iklim pembelajaran
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar
dan efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru
melakukan melakukan upaya berupa:
a.
Petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah
untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan
b.
Waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan di bantu petufas
tatib dan guru pebimbing
c.
Dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa
d.
Guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis
e.
Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran
atau maslah lainnya
f.
Guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran
eksak.
e) Upaya Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar
Siswa
Karakteristik sekolah adalah semua
keluarganya mulai dari pimpinan sekolah, guru, karyawan, siswaamemiliki budaya
disiplin yang tinggi. Namun demikian pihak sekolah tetap mempertahankan serta
melestarikan budaya disiplin yang sudah bagus untuk ditingkatkan menjadi kultur
disiplin yang mandiri. adapun strategi untuk meningkat disiplin sebagai berikut:
a.
Sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baek, adanya keteladanan
disiplin dalam sikap dan perilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan
karyawan
b.
Mewajibkan siswa baru untuk
mengikuti ekstrakurikuler pramuka
c.
Pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang
aturan kelas
d.
Memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas
e.
Setiap upacara hari senin diumum kan frekuensi pelanggaran terendah.
f)
Pelaksanaan Evaluasi Proses Pembelajar
Evaluasi dalam pembelajran ada dua macam yaitu:
a. Penilaian terhadap hasil belajar siswa
b. Penilaian terhadap proses pengajaran[8]
Evaluasi pembelajaran adalah proses penentuan apakah materi dan
metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam konteks
pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain:
-
Untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
-
Untuk mengetahui efektivitas metode
pembelajaran.
-
Untuk mengetahui kedudukan siswa
dalam kolompoknya.
-
Untuk memperoleh masukan atau umpan
balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
Penilaian kelas merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oleh
semua guru untuk menerapkan sistem penilaian berbasis kompetensi. Denan sistem
ini diharapkan penilaian dapat dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Secara umum alat-alat evaluasi dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu: alat tes dan non tes.[9]
Adapun strategi guru dalam meningkatkan hasil
belajar:
·
Strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran sebelum tahun ajaran
baru, kepala sekolah mengadakan rapat kerja dengan kegiatan membuat recana
kegiatan pembelajaran selama setahun kedepan yaitu menyusun silabus, analisa
mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program
pembelajaran.
·
Strategi guru dalam menjalin kerja sama dengan siswa dalam kegiatan
pembelajaran
·
Guru memberikan motivasi belajar siswa
·
Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif[10]
·
Strategi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, yaitu mewajibkan semua
siswa baru untuk mengisi format pernyataan tentang kesediaan siswa untuk
mematuhi semua peraturan dan tata tertip yang berlaku disekolah dengan
mengetahui orang tua, apabila dikemudian hari siswa melanggar, maka siswa harus
bersedia untuk menerima sanksi bahkankalau sering melakukan pelanggaran maka
siswa dikembalikan kepada orang tua.[11]
C.
Kesimpulan
Mengenai
pengetahuan yang mendukung dalam aplikasi manajemen kelas terbagi dua yaitu
pengetahuan yang berkenaan dengan
pendekatan dan strategi dalam manajemen kelas. Jadi seorang guru mestilah
mengetahui pendekatan-pendekatan dan strategi tersebut agar bisa lebih memudahkan
seorang guru dalam mengenal siswa, mengatur kelas, dan lain sebagainya hingga
tercapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran
di kelas dibutuhkan kekompakan antara siswa dan guru agar terciptanya kondisi
kelas yang aman dan nyaman.
Adapun
pendekatan yang mesti digunakan dalam mengelola kelas yakni; Pendekatan dengan
menerapan sejumlah “larangan dan anjuran”, Serta Pendekatan pengubahan tingkah
laku. Sedangakan strategi guru dalam manajemen kelas terbagi menjadi:
-
Menyusun pencana pembelajaran
-
Membangun kerjasama dengan siswa
didalam kelas
-
Pemberian motivasi belajar kepada
siswa
-
Strategi dalam menciptakan iklim
pembelajaran
-
Upaya dalam meningkatkan disiplin
-
Pelaksanaan evaluasi proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Danim Sudarwan, Administrasi Sekolah & Manajemen
Kelas, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Mudasir, Manajemen Kelas, Pekanbaru:
Zanafa Publishing, 2011.
Mukhtar Dan Iskandar, Orientasi
Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
[1]Mudasir, Manajemen
Kelas, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), h. 29-30.
[4]Mudassir, Op
Cit., h. 40.
[5]Sudarwan Danim, Administrasi Sekolah & Manajemen
Kelas, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 155.
[6]Mudassir, Op
Cit., h. 48-50.
[8]Mudassir. Op
Cit., h. 52-54.
[9]Mukhtar dan Iskandar,
Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2009), h. 233-234
Tidak ada komentar:
Posting Komentar