TRADISI ISLAM NUSANTARA
Oleh:
Irwan Syah Putra, Meyrita
Fitri, Uswatun Khasanah,
Yulfiani dan Yuli Afnita
A. Pendahuluan
Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut agama
Hindu Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam harus menyesuaikan
diri dengan budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut daerah tersebut.
Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Prose ini
menghasilkan budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan budaya
Islam. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh karena
itu proses akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat di setiap daerah
terdapat perbedaan.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang
diperkirakan telah berlangsung selama tiga belas abad, menunjukkan ragam
perubahan pola, gerakan dan pemikiran keagamaan seiring dengan perubahan
sejarah bangsa. Keragaman demikian juga dapat melahirkan berbagai bentuk studi
mengenai Islam di negeri ini yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Islam
dilihat dari perkembangan sosial umpamanya, hampir dalam setiap periode
terdapat model-model gerakan umat Islam. Sebagaimana terjadi pada zaman atau
periode modern dan kontemporer yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.[1]
Tradisi Islam nusantara adalah sesuatu yang
menggambarkan suatu tradisi Islam dari berbagai daerah di Indonesia yang
melambangkan kebudayaan Islam dari daerah tersebut.[2]
B. Pengertian Tradisi Islam Nusantara
Tradisi
adalah adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat.
Sebelum Islam datang, masyarakat Islam sudah mengenal berbagai kepercayaan.
Kepercayaan masyarakat yang sudah turun temurun dan mendarah daging tidak
mungkin dihilangkan begitu saja. Dengan demikian tradisi Islam merupakan
akulturasi antara ajaran Islam dan adat yang ada di nusantara.
Tradisi
Islam di nusantara merupakan metode dakwah yang dilakukan para ulama saat itu.
Para ulama tidak menghapus secara total adat yang sudah berlangsung di
masyarakat. Mereka memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam adat tersebut, dengan
harapan masyarakat tidak merasa kehilangan adat dan ajaran Islam dapat
diterima.[3]
C. Macam-Macam Seni dan Budaya
Nusantara yang Bernafaskan Islam
Banyak sekali seni budaya nusantara yang di dalamnya terkandung
ajaran-ajaran islam. Berikut adalah beberapa contohnya :
1.
Musik Gambus
dan Rebana
Musik gambus atau rebana adalah
lagu/sholawatan yang diiringi dengan
alat pukul yang terbuat dari kulit hewan. Adapun ciri khas music ini adalah:
a)
Diringi
dengan alat music seperti, gambus, kecapi petik, marawis, atau alat music
modern
b)
Syair
bernafaskan islam, baik berupa nasihat, shalawat nabi baik dalam bahasa
Indonesia, arab maupun daerah
Contohnya :
-
Grup
Nasida Ria yang berasal dari semarang yang melantunkan irama padang pasir atau
di sebut juga dengan Qosidah, contoh lagunya Jilbab Putih dan Perdamaian.
-
Grup
Majelis Rossululloh sama juga malantunkan irama padang pasir atau pun Qosidah
dan Sholawat, Contoh lagunya yaitu Sholawat Badar dan lain-lain.
-
Kuntulan
adalah perpaduan antara seni musik dan seni tari, kuntulan ini asli dari
Banyuwangi.
-
Rampak
Rebana bernada lima yang berasal dari daerah Lombok.
-
Seni
terbang adalah untuk mengiringi Berjanji ataupun Sholawatan, terdapat di jawa.
2.
Sholawat
Nabi
Sholawat
Nabi yaitu Do’a puji pujian yang di tunjukan kepada Nabi Muhammad SAW,
contohnya adalah sholawat badar yang di iringi dengan musik yang di lantunkan
oleh salah satunya yaitu Majelis Rosululloh. Adapun ciri-cirinya Sholawat
Nabi :
a)
Menggunakan
alat musik Rebana.
b)
Adanya
sholawat yaitu do’a dan puji pujian kepada Rosullulloh.
c)
Penataan
nadanya bernuansakan islam.
d)
Sholawatan
biasanya terdapat di dalam kitab Barjanji.
Contah Syair Sholawat :
Sholawat Burdah
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki
kuli himi
Aming tada kurijii roni bidii salami
Majad tada azaro min muklati bidami
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi
bika khoiril kholki kuli himi
Amm habati rihumi tilkoo ikodimati
Waawmadol bar kupi dholmaaimin idhomi
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki
kuli himi
Pamaa liai naika ingkultak pupaa hamat
Wamaa likolbika ingkultas tapik yahimi
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril kholki
kuli himi
Ayahsabu Shobu annalhubba mungkatimun
Maa bai na mung sajimimminhu wamuddorimin
3.
Japin Bujang
Marindu dan Japin Hadrah
Merupakan Jenis tari Yang berpasang pasangan yang
di ambil gerak dari tari Zafin yang bernafaskan islam dari Melayu. Tari ini
menggambarkan kerinduan seorang kekasih setelah pergi lama merantaukemudian kembali
ke kampong halamanya.
Japin Hadrah merupakan tari yang di ambill dari
gerak tari zapin yang bernafaskan islam yang mengangkat kesenian Hadrah kedalam
gerak tari dinamis, semua penarinya adalah wanita.
4.
Santriswaran
Santriswaran berasal dari lingkungan keratin
Surakarta dan sekitarnya, Santriswaran merupakan salah satu Grup musik yang
menggunakan alat musik terbang, kendang dan kemanak. Nada yang di gunakan
mengikuti tangga nada seledro. Penabuh musik sekaligus sebagai penyanyi. Syair
lagu yang di nyanyikan memuat ajaran islam san budaya jawa yang di sisipi
dengan Sholawat Nabi.
5.
Tari Zapin
Tari zapin bisa kita temukan di Riau. Tari ini
diiringi irama gambus, yang diperagakan oleh laki-laki yang berpasangan dengan
mengenakan sarung, kemeja, kopeah hitam dan songket dan ikat kepala
lacak/destar. Tari ini dipentaskan pada saat acara upacara pernikahan, khitanan
dan hari raya islam
6.
Tari seudati
Berasal dari Aceh umumnya diperankan oleh
laki-laki dengan menari dan membuat bunyi tabuhan dengan alat music tubuh
mereka sendiri, sewaktu menepuk tangan, dada, sisi tubuh dan menggertakan
jari-jarinya.
7.
Suluk
Suluk adalah tulisan dalam bahasa jawa maupun
arab yang berisi pandangan hidup orang jawa. Serat wirid adalah tulisan
pujangga jawa yang berisi bacaan-bacaan baik jawa maupun arab yang dibaca
berulang-ulang.
8.
Gembyung
Seni ini merupakan pengenvbangan dari kesenian
terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon kesenian terbang itu
salah satu jenis kesenian yang di pakai sebagai media penyebaran Agama Islam di
daerah Cirebon sekitarnya. Kesenian Gembyung ini biasa di pertunjukan pada
upacara-upacara kegiatan Agama Islam
seperti peringatan lahirnya Nabi atau di sebut juga dengan Muludan, Rajaban dan
kegiatan 1 Syuro yang di gelar di
sekitar tempat ibadah.[4]
9.
Seni
Arsitektur Keraton dan Kasultanan
Arsitektur keratin dan kasultanan di Nusantara, rata-rata bercorak tradisi
religio-magis, yang terdiri dari: ruang pasebahan, sitihinggil, alun-alun,
pasar, dan masjid. Contohnya seperti istana keratin Surakarta, Kasultanan
Cirebon, Kasultanan Demak, dan sebagainya.
10.
Makam atau
Nisan
Makam dalam tradisi Islam di Indonesia berbentuk mar,era tau batu dan
bermahkota seperti kubah masjid (maesan), terkadang berhiaskan tulisan
kaligrafi atau arabeska. Contohnya seperti Makam Sultan Malikus Shaleh di
Samudra Pasai, makam para Wali di Jawa.
11.
Bentuk
Arsitek bangunan Masjid, Surau, Langgar khas Indonesia
Masjid di Indonesia beratap tumpang mirip pura pada masa hindu, atap ini
menjadi prototype sebagian besar masjid di Indonesia. Perbedaannya hanya pada
jumlah atap tumpangnya, ada yang bertumpang 3, 5, dan 6. Bentuk bangunan Masjid
di Indonesia merupakan gabungan antara konsep pura dan bangunan kelenteng.
Berikut beberapa bangunan yang bernuansa Islam di Indonesia.
·
Gapura Masjid Kudus yang seperti candi
·
Masjid Raya Baiturrahman di Aceh
·
Masjid Agung Banten di Banten
·
Masjid Agung Demak di Demaks
12.
Wayang
Salah satu budaya Jawa hasil akulturasi dengan budaya India. Cerita-cerita
pewayangan diambil dari kitab Ramayana dan Bharatayudha. Setelah terjadi
akulturasi dengan Islam tokoh-tokoh dan cerita pewayangan diganti dengan cerita
yang bernuansa Islam. Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai tontonan,
tetapi juga tuntunan karenasarat dengan pesan-pesan moral yang menjadi filsafat
hidup orang Jawa.
13.
Gamelan
Sekaten
Gamelan jawa yang ditabuh saat upacara sekaten peng-islaman bagi yang akan
masuk agama islam dengan pembacaan syahadat. Sekaten ini dilaksanakan pada
bulan maulud.[5]
D. Macam-Macam Tradisi Upacara Adat
yang Bernafaskan Islam
1.
Penanggalan
hijriyah
Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara tidak
langsung membawa pengaruh pada sistem penanggalan. Agama Islam menggunakan
perputaran bulan, sedangkan kalender sebelumnya menggunakan perputaran
matahari. Perpaduan antara penanggalan Islam dengan penanggalan jawa adalah
sebagai berikut:
No
|
Nama bulan
dalam Islam
|
Nama bulan
dalam Jawa
|
1
|
Muharram
|
Sura
|
2
|
Safar
|
Sapar
|
3
|
Rabiul
awwal
|
Mulud
|
4
|
Rabiul
akhir
|
Ba’da
mulud
|
5
|
Jumadil
awal
|
Jumadil
awal
|
6
|
Jumadil
akhir
|
Jumadil
akhir
|
7
|
Rajab
|
Rajab
|
8
|
Sya’ban
|
Ruwah
|
9
|
Ramadhan
|
Pasa
|
10
|
Syawal
|
Syawal
|
11
|
Zulqaidah
|
Kapit
|
12
|
Zulhijjah
|
Besar
|
2.
Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan
musik gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini
sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan
Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan
lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan
gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut
dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.
Sekaten juga biasanya bersamaan
dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara sekaten adalah keluarnya sepasang
gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama’-ulama’ keraton. Banyak
orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun
banyak dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya.
Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.
3.
Selikuran
Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap
malam tanggal 21 Ramadhan. Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di
Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran berasal dari kata selikur
atau dua puluh satu. Perayaan tersebut dalam rangka menyambut
datangnya malam lailatul qadar, yang menurut ajaran Islam lailatulqadar
hadir pada 1/3 terakhir bulan ramadhan.
4.
Suranan
Suranan dalam penanggalan Islam
adalam bulan Muharam. Pada bulan tersebut masyarakat berziarah ke makam para
wali. Selain itu mereka membagikan makanan khas berupa bubur sura yang
melambangkan tanda syukur kepada Allah swt.[6]
5.
Muludan
Muludan merupakan upacara pendahuluan dari peringatan lahirnya Nabi
Muhammad SAW, yang lahir pada 12 Robiul awal/12 mulud, biasanya di bulan Robiul
awal banyak yang memperingati hari lahir nya rosullulloh seperti membaca
Barzanzi,Sholawatan . Muludan juga di gunakan Sultan untuk berkomnikasi dengan
rakyatnya dan untuk mensyukuri berkah kepadahan Tuhan.
6.
Grebeg
Upacara adat berupa sedekah yang di lakukan pihak kraton kepada masyarakat
berupa gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta mengadakan upacara grebeg
sebanyak 3 dalam 1 tahun, yaitu Grebeg
Syawal pada saat Hara Raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada Hari Raya Idul
Adha, dan Grebeg Mulud atau sering di sebut juga dengan sekaten. Sekaten yaitu
mengarak sedekah dari raja yang berupa makan, sayur, buah-buahan dari kediaman
raja ke masjid Agung untuk kemudian di bagikan kepada pengunjung dan rakyat.
Grebeg Besar Adalah kira pusaka peninggalan kerajaan Demak dari pondopo
Kabupaten Demak menuju makan Sunan Kalijaga di daerah Kadilangu. Sewlain Kirab
dalam acara tersebut juga di laksanakan memcuci barang pusaka peninggalan
Suanan Kalijaga, Grebeg Besar di lakukan pada tanggal 10 Djulhijah.
7.
Megengan
Upacara menyambut Bulan Suci Romandan
Oleh Bupati dan rakyat Semarang( jawa tengah ). Kegiatan utamanya adalah
pemukulan bedug yang ada di masjid sebagai tanda jatuh nya tanggal 12 Romadon
di mulainya berpuasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah Kudus dan
Semarang.
8.
Syawalan
Kegiatan silahturahmi kepada semua
umat manusia (muslim) setelah melaksanakan Sholat Sunat Idul Fitri untuk saling
maaf memaafkan atas segala kesalahan yang telah di perbuatnya. Pada tradisi
tersebut berlangsung hingga beberapa hari, Bahkan ada yang di ramaikan pada hari
ke 7 Syawal dengan Istilah Lebaran Ketupat.
9.
Akekah
Upacara di mana setelah anak lahir
atau setelah berumur 7 hari biasanya di akekahi dengan menyebelih kambing atau
domba, kalau anak laki laki bagusnya 2 kambing atau 2 domba, sedangkan anak
perempuan di perbolehkan satu, setelah proses penyebelihan itu daging akekah nya di bagi kan pada masarak sekitar
atau di hidangkan untuk upacara pemberian nama. Dan pembacaan Barzanzi atau di
sebut juga Marhabaan.[7]
E.
Kesimpulan
Seni adalah penggunaan imajinasi manusia
secara kreatif untuk menikmati kehidupan. Seni budaya lokal yang benapaskan
islam tersebut adalah hasil para juru dakwah dimasa lalu yang kreatif, dimana
para juru dakwah mencari akal bagaimana supaya masyarakat yang sebelumnya masih
kuat memegang adat dan budaya sebelumnya beralih ke agama islam tanpa
menyinggung perasaan adat budaya sebelumnya yaitu hindu budha. Kita perlu
menghargai dan melestarikan seni budaya adat yang bernafaskan islam, sepanjang
tidak membawa dampak negative bagi aqidah keislaman dan tidak mengakibatkan
syirik dan penyimpangan ajaran.
Tradisi-tradisi islam nusantara sangat
banyak sekali macam dan bentuknya, disini pemakalah membagi menjadi dua
bagian yaitu:
1.
Seni dan
Budaya Nusantara bernafaskan islam yakni seperti: Musik Gambus dan Rebana, Sholawat Nabi , Japin Bujang Marindu
dan Japin Hadrah, Santriswaran, Tari Zapin, Tari seudati, Suluk, Gembyung, Seni
Arsitektur Keraton dan Kasultanan, Makam atau Nisan, Bentuk Arsitek bangunan
Masjid, Surau, Langgar khas Indonesia, Wayang, Gamelan Sekaten.
2.
Tradisi
Upacara Adat yang Bernafaskan Islam yakni seperti: Penanggalan hijriyah,
Sekaten, Selikuran, Suranan, Muludan, Grebeg , Megengan, Syawalan, Akekah.
Seni budaya dan tradisi di
nusantara diatas masih dipakai sampai pada saat sekarang ini. Seperti didaerah-daerah pedesaan, namun
semuanya ini sudah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
http://iqbal-amaterasu.blogspot.com/2013/02/sejarah-tradisi-islam-di-nusantara.html
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111128014517AAi59n3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar