AKHLAK
TERPUJI
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
pergaulan sehari–hari antara kita sesama Manusia, agar hubungan ini berjalan
dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam
tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulllah
SAW yang sering kita sebut dengan Sifat terpuji atau akhlak terpuji.
Dalam
pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan
mengemukakan diantara bentuk–bentuk dari akhlak terpuji tersebut mulai
dari pengertian, macam–macam sampai kepada bentuk–bentuk atau contoh dari
akhlak terpuji tersebut.
Hal
ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan
kami sebagai pemakalah mengenai pembahasan akhlak terpuji ini, dan juga dengan
pembahasan ini agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini
sebagai salah satu rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari–hari.
Kemudian juga pembahasan ini kami buat sebagai bentuk tugas dari mata kuliah
Pendalaman Materi PAI dan pembelajarannya di UIN SUSKA RIAU dalam tugas mandiri
yang disajikan dalam bentuk makalah.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian sifat-sifat terpuji
(akhlakul mahmudah) ?
2.
Apa saja macam-macam akhlak terpuji
?
C. Tujuan Penulisan
1.
Agar dapat menjelaskan pengertian
sifat-sifat terpuji (akhlakul mahmudah).
2.
Agar dapat mengetahui saja
macam-macam akhlak terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sifat-Sifat Terpuji (Akhlakul Mahmudah)
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq” yang
merupakan bentuk jamak dari “khuluq”, atau akhlak juga
berarti budi pekerti, tabia’at, watak.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh
beberapa ahli sebagai berikut:
1.
Menurut
Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang
menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan
pemikiran tanpa pertimbangan.
2.
Menurut
Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa
sehingga seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih
melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.
B.
Macam-Macam
Akhlak Terpuji
Banyak sikap atau prbuatan yang trmasuk kategori sifat
terpuji, berikut ini kami uraikan beberapa di antaranya:
1.
ZUHUD
Kata zuhud, secara etimologi, berarti yang menunjukkan atas sedikitnya
sesuatu. Kata الزهيد, berarti sesuatu yang sedikit. Sedang kata مزهد, berarti
sedikitnya harta. Kata زهد juga dapat diartikan dengan berpaling dan
meninggalkan atau menyendiri, misalnya زهد في الدنيا, artinya تخلى عنها
للعبادة, artinya menyendiri dari dunia untuk beribadah. Sementara kata الزهد و
الزهادة yang juga akar kata zuhud, berarti meninggalkan untuk mengharap kepada
dunia, atau meninggalkan sesuatu karena suatu kehinaan baginya, kata الزاهد,
berarti orang yang berpaling dari dunia karena cinta kepada akhirat. الزهد juga
dapat diartikan sebagai tidak mengharap dan rakus terhadap dunia.
Secara terminologi, Zuhud dapat diartikan dengan suatu keadaan meninggalkan
dunia dan hidup kebendaan. Atau zuhud adalah berpalingnya keinginan terhadap sesuatu
kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Serta zuhud adalah tidak menyukai
sesuatu dan menyerahkannya kepada yang lain. Barang siapa yang meninggalkan
kelebihan dunia dan membencinya, lalu mencintai akhirat, maka dia adalah orang
zuhud di dunia. Lebih lanjut dikatakan bahwa zuhud yang tertinggi adalah tidak
menyukai segala sesuatu selain Allah swt, bahkan terhadap akhirat.
Dari pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa zuhud adalah
meninggalkan sesuatu karena sesuatu itu dinilai sedikit atau kecil dan
berpindah kepada sesuatu yang besar. Sesuatu yang sedikit atau kecil adalah
dunia dan sesuatu yang besar adalah akhirat serta yang terbesar adalah Allah
SWT.
2.
TAWAQAL
a.
Pengertian Tawaqal
Menurut bahasa, lafal tawakal berasal dari
bahasa arab yg artinya bersandar. Menurut istilah , tawakal
ialah sikap berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha secara maksimal.
Seseorang yg berusaha secara maksimal untuk mencapai suatu keinginan atau
cita-cita ,setelah itu dia menerima dengan ikhlas dan berserah diri kepada
Allah atas hasil yg akan dia dapatkan, orang ini disebut bertawakal.Orang yg
bertawakal ,maka ia termasuk orang yg berakhlak mulia
Pengertian
Tawakkal menurut para ahli dan ulama yaitu :
1)
Imam
al-Ghazâli
Tawakkal
adalah menyandarkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan,
bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana
disertai jiwa yang tenang dan hati yang tentram.
2)
Hamka
Tawakkal
adalah menyerahkan segala urusan atau perkara ikhtiar dan usaha kepada Allah
swt karena kita lemah dan tak berdaya.
3)
Hamzah
Ya’qub
Tawakkal
adalah mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana,
bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, berserah diri
kepada-Nya pada waktu menghadapi kesukaran.
4)
Imam
Ahmad bin Hambal
Tawakkal
merupakan aktivitas hati, artinya tawakkal itu merupakan perbuatan yang
dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula
sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakkal juga bukan merupakan
sebuah keilmuan dan pengetahuan.
5)
Ibnu
Qoyim al-Jauzi
Tawakal
merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan
segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya
kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan
bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi diriny, dengan tetap
melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada
sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.”
Adapun
menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah menyerahkan diri kepada Allah swt
setelah berusaha keras dan berikhtiar serta bekerja sesuai dengan kemampuan dan
mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.Jadi dapat di simpulkan pengertian
tawakkal adalah berserah diri kepada Allah setelah berusaha keras, dan menunggu
hasilnya.
b.
Ciri-ciri Tawaqal
1)
Mujahadah
( semangat yang kuat )
Sebagai
seorang mukmin dan muslim dianjurkan untuk memiliki akhlak yang
baik. Salah satunya tawakkal. Guna terciptanya sosialisasi yang
tentram,tenang,dan damai.
Tawakkal
bukan hanya sekedar merasakan segala perkara kepada Allah, tetapi diawali
dengan usaha-usaha ataupun jalan-jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan
hasilnya kepada Allah SWT.
Diantara
ciri orang yang bertawakkal ialah memiliki semangat yang
kuat. Mempunyai semangat yang kuat merupakan salah satu akhlak orang mukmin
yang dianjurkan oleh Islam.
Orang
mukmin yang menempuh cara semacam ini adalah
orang yang lebih bagus dan lebih dicintai Allah Azza wa
Jalla daripada orang yang lemah semangatnya, tidak mau bekerja keras
dan mengerjakan atau mencari pekerjaan yang berfaedah.
Sepantasnyalah setiap orang untuk meningkatkan ilmu,budi pekerti,
serta kemasyarakatan dan perekonomiannya.
2)
Bersyukur
Ciri
lain orang yang bertawakkal ialah ia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Apabila ia sukses ataupun berhasil dalam segala urusan ataupun ia mendapatkan
apa yang dibutuhkan dan diinginkan ia tak luput untuk
senantiasa bersyukur kepada Allah, karena ia menyadari dan meyakini
bahwa semua yang ia dapatkan itu adalah takdir Allah dan kehendak-Nya.
Dengan
bersyukur pula ia akan selalu merasa puas, senang dan bahagia. Seperti
dalam firman Allah :
“
Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku tambah nikmatnya, tapi jika tidak
bersyukur sesungguhnya azabku teramat pedih “
3)
Bersabar
Ciri
orang yang bertawakkal selanjutnya ialah selalu bersabar. Sebagai orang mukmin
yang bertawakkal kepada Allah ia akan bersabar, baik dalam proses maupun dalam
proses maupun dalam hasil. Karena dengan inilah ia akan bahagia dan tenang atas
apa yang di terimanya. Rosulullah. dalam buku 1100 hadits terpilih (1991:274)
karangan Dr. Muhammad Faiz Almath , Rosulullah SAW bersabda yang
artinya sebagai berikut:
“ Orang yang bahagia
ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan
dia bersabar.” ( HR. Ahmad dan
Abu dawud)
4)
Intropeksi
Diri (Muhasabah)
Orang
yang bertawakkal salah satu sikapnya ialah intropeksi diri. Dimana
ia akan intropeksi diri apabila ia kurang sukses daam menjalankan sesuatu ia
tidak membuat dirinya “drop”, melainnkan ia selalu intropeksi pada diri, dapat
dikatakan muhasabah. Senantiasa mengoreksi apa yang telah dilakukannya. Setelah
itu ia akan berusaha menghindari faktor penyebab suatu kegagalan tersebut serta
senantiasa memberikan yang terbaik pada dirinya.
c.
Keutamaan Tawaqal
Adapun
keutamaan bagi seorang muslim yang memiliki sifat bertawakal diantaranya adalah
sebagai berikut :
1)
Mendapatkan
Cinta dari Allah SWT, Allah berfirman dalam Al-Quran:
* øÎ)
crßÏèóÁè? wur
c¼âqù=s? #n?tã
7ymr& Û^qߧ9$#ur
öNà2qããôt þÎû
öNä31t÷zé& öNà6t7»rOr'sù
$CJxî 5dOtóÎ/
xøx6Ïj9 (#qçRtóss?
4n?tã $tB
öNà6s?$sù wur
!$tB öNà6t7»|¹r&
3 ª!$#ur
7Î6yz $yJÎ/
tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÌÈ
Artnya: “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak
menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu
yang lain memanggil kamu, Karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas
kesedihan[240], supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari
pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” ( QS. Ali-Imran 3:153)
2)
Tawakal
dapat mencegah adzab Allah SWT.
3)
Dicukupkan
rizkinya dan merasakan ketenangan, sesuai firman Allah SWT berikut :
çmø%ãötur ô`ÏB ß]øym w Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGt n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾ÍnÌøBr& 4 ôs% @yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ
Artinya: “Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq:
3)
4)
Dikuatkan
iman dan dijauhkan dari setan.
5)
Jiwa,harta,anak,dan
keluarga senantiasa terjaga.
3.
IKHLAS
Ikhlas merupakan amalan
hati yang paling utama dan paling tinggi dan paling pokok, Ikhlas merupakan hakikat
dan kunci dakwah para rasul sejak dahulu kala. Ikhlas merupakan istilah tauhid
, orang- orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesankan Allah dan merupakan
hamba Nya yang terpilih. Fungsi Ikhlas dalam amal perbuatan sama dengan
kedudukan ruh pada jasad kasarnya, oleh karena itu mustahil suatu amal dan
ibadah dapat diterima yang dilakukan tanpa keikhlasan sebab kedudukannya
sama dengan orang yang melakukan amal dan ibadah tersebut bagai tubuh yang
tidak bernyawa.
Lafaz ikhlas menunjukkan
pengertian jernih, bersih dan suci dari campuran dan pencemaran. Sesuatu yang
murni artinya bersihtanpa ada campuran, baik yang bersifat materi maupun
nonmateri. Adapun pengertian ikhlas menurut syara’ adalah seperti yang
diungkapkan oleh ibnu qayyim berikut: Mengesankan Allah dalam berniat bafi yang
melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada Nya tanpa mempersekutukan Nya dengan
sesuatupun. Dan menurut Al- Fairuzabi :” Ikhlas karena Allah , artinya
meninggalkan riya’ dan tidak pamer.
Orang yang ikhlas adalah
seseorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan atas dirinya hilang demi
meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah, dan orang tersebut tidak ingin
apa yang ia lakukan dipamerkan walaupun sebesar bizi zarahpun.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
È@è% ©!$# ßç7ôãr& $TÁÎ=øèC ¼ã&©! ÓÍ_Ï ÇÊÍÈ
Artinya: Katakanlah: "Hanya Allah saja yang Aku
sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku".
(QS. Az-Zumar: 14)
Dikisahkan oleh Umamah
ra, ada seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah SAW dan
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pendapat Engkau tentang seseorang
yang berperang dengan tujuan mencari pahala dan popularitas diri. Kelak, apa
yang akan ia dapat di akherat?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia
tidak mendapatkan apa-apa. Orang itu mengulangi lagi pertanyaannya
sampai tiga kali. Tetapi Rasulullah SAW tetap menjawabnya, “Ia tidak
menerima apa-apa!” Kemudian Beliau SAW bersabda,“Sesungguhnya Allah
tidak menerima suatu amal perbuatan, kecuali yang murni dan yang mengharapkan ridha-Nya”.
(HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Keterangan itu
menjelaskan kepada kita agar meluruskan niat dalam beramal. Amal perbuatan
sangat tergantung pada niat. Niat yang baik akan mendapatkan pahala, walaupun
amalan itu sangat kecil. Tetapi niat yang buruk akan mendapatkan dosa walaupun
amalan itu sangat besar menurut syariat. Berjihad merupakan amalan yang sangat
besar dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar pula, baik harta maupun
tenaga, bahkan bisa mempertaruhkan nyawa. Pahalanya pun luar bisa. Mati syahid
merupakan mati yang paling mulia. Tetapi, jika niatnya buruk, umpamanya karena
niat ingin disebut sebagai pejuang yang hebat, maka hasil yang didapatkan
adalah kehinaan dan kesengsaraan di akherat nanti.
Demikian pula ikhlas
merupakan dasar dari amalan hati, sedangkan pekerjaan anggota tubuh lainnya
mengikut padanya dan menjadi pelengkap baginya. Ikhlas dapat membesarkan amal
yang kecil hingga menjadi seperti gunung.
4.
JIHAD
Jihad di jalan Allah SWT adalah
mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk memerangi orang-orang kafir
dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan meninggikan kalimat-Nya.
Yang terpenting jihad
adalah amal kebaikan yang Allah syari’atkan dan menjadi sebab kokoh dan
kemuliaan umat islam. Sebaliknya (mendapatkan kehinaan) bila umat Islam
meninggalkan jihad di jalan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang
shohih: Dari Ibnu Umar beliau berkata: “Aku
mendengar Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila kalian telah berjual beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridho dengan
pertanian serta meninggalkan jihad maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan
(kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada
agama kalian.” (HR. Abu Daud)
Sedangkan Pengertian jihad menurut para ulama seperti Ibnu Qadama Al Maqdisi, Ibnu Taymiyyah dan
Ibnu Aabideen: “Perjuangan dengan segenap usaha hanya karena Alloh, dengan
jiwa, didukung dengan harta, perkataan, mengumpulkan bantuan para Mujahidin
atau dengan cara yang lain untuk membantu perjuangan” (seperti halnya melatih
orang). Mereka mengambil dari ayat, “...Berangkatlah kamu baik dalam keadaan
merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu…..” (QS.
9:41), sebagai keterangan dari pengertian tersebut.
Di samping juga jihad bukanlah perkara
mudah bagi jiwa dan memiliki hubungan dengan pertumpahan darah, jiwa dan harta
yang menjadi perkara agung dalam Islam sebagaimana disampaikan oleh
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Sesungguhnya
darah, kehormatan dan harta kalian diharamkan atas kalian (saling
menzholiminya) seperti kesucian hari ini, pada bulan ini dan di negri kalian
ini sampai kalian menjumpai Robb kalian. Ketahuilah apakah aku telah menyampaikan
?” Mereka menjawab, “Ya”. Maka beliau pun bersabda, “Ya Allah persaksikanlah,
hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena
terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Maka
janganlah kalian kembali kufur sepeninggalku, sebagian kalian saling membunuh
sebagian lainnya.” (Muttafaqun ‘Alaih).
5.
AMANAH
Kata
amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang
dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut
memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si
pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya dapat
dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya
manusia secara individu diberi amanah berupa umur oleh Allah. Pertanyaannya
adalah digunakan untuk apa umur tersebut? Apakah umur itu digunakan untuk
hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja, melaksanakan ibadah puasa, membaca Al
Qur’an, dan yang lainnya. Bila kita sebagai individu sudah melaksanakan amanah
tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita pantas disebut orang yang dapat
dipercaya alias bisa menjalankan amanah dari-Nya. Sebaliknya bila kita salah
menggunakan amanah tersebut misalnya bermalas-malasan, tidak mau bekerja, hanya
berdiam saja di rumah, maka kita oleh Allah dianggap orang yang tidak dapat
dipercaya alias tidak beramanah seperti dalam firman Allah, yaitu:
$pkr'¯»t
z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä w
(#qçRqèrB
©!$#
tAqߧ9$#ur (#þqçRqèrBur öNä3ÏG»oY»tBr&
öNçFRr&ur tbqßJn=÷ès?
ÇËÐÈ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 27)
Selain itu, contoh
lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam berorganisasi. Adakah amanah
di dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang dipikul seorang pemimpin atas anggota
yang dipimpinnya. Tidak lain adalah mengajak, membimbing, dan mengarahkan
anggotanya untuk berperilaku sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga
mereka tidak hanya sejahtera di dunia juga di akhirat. Oleh karena itu, menjadi
pemimpin umat beragama tidaklah mudah karena setiap kata dan tindakannya akan
dimintai pertanggungjawaban baik di dunia apalagi di akhirat kelak. Seperti
lazimnya dilakukan oleh organisasi, hal tersebut direalisasikan dalam bentuk
Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang merupakan wujud amanah yang
diemban oleh sang pemimpin dan jajarannya. Jadi, amanah tidaknya seseorang
pemimpin bukan dilihat dari penampilan fisik, materi atau keturunan, tetapi
lebih ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang pemimpin mampu
memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir sedemikian rupa
sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk kemaslahatan bersama
sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk kepentingan umum, bukan
kepentingan pribadi.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam berbagai aspek
kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga, masyarakat, hingga
negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan dimintai
pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak melaksanakan
amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan
kesimpulan akhlak tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam
dalam diri seseorang dan hal tersebut terealisasi dalam kehidupannya sehari –
hari.
Adapun
bentuk dari akhlak terpuji tersebut ada beberapa bagian, diantaranya
sebagai berikut; zuhud, tawaqal, ikhlas, jihad dan amanah. Semuanya itu memiliki sisi positif
dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan hubungan yang bersifat
horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan Allah SWT atau dalam melakukan
hubungan secara vertikal yaitu dalam melakukan hubungan atau bergaul antar
sesama Manusia.
B.
Saran
Dari
pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah–mudahan setelah
kita mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan
sebagai rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan
dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga kami selaku
pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini, agar jangan mengambil
rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam
makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama–sama aktif dalam mencari buku–buku
dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara mendalam,
sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan akhlak terpuji
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Syeikh Ibrahim Jalhum, 2003. Pelita As-Sunnah
Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung. Pustaka Setia
Mustofa H, 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar