SISTEM KEPERCAYAAN DAN AGAMA MELAYU
Oleh:
ulfa,
unita, dan mey
A.
Pendahaluan
Sistem kepercayaan
merupakan suatu asas dalam kehidupan manusia. Setiap masyarakat didunia ini
menganut satu sistem kepercayaan tertentu. Dari berbagai hasil penelitian
antropologi ditemukan bahwa tidak ada masyarakat didunia ini yang tidak
memiliki sistem kepercayaan atau agama, baik dalam masyarakat yang masih
terbelakang maupun yang sudah maju. Sistem keparecayaan merupakan aspek
kebudayaan yang terjaring luas dalam masyarakat. Melalui sistem kepercayaan
inilah manusia melakukan hubungan dengan yang ghaib (Tuhan) yang dipandang
mempunyai pengaruh dalam kehidupan manusia.
Secara teoritis,
sistem kepercayaan merupakan salah satu bagian dari inti kebudayaan, oleh
karena itu bagian ini merupakan bagian yang sangat sulit sekali untuk berubah
atau kalau pun berubah memerlukan proses yang panjang. Orang melayu sudah
mengalami berbagai rentang kepercayaan, mulai dari animisme-dinamisme,
Hindhu-Buddha berada dalam kehidupan melayu lebih panjang, yaitu pada masa
pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Kehadiran Islam
didunia melayu merupakan petanda dimulainya babak baru, karena agama ini di
samping menjadi sumber bagi adat melayu, juga dijadikan sebagai pelurus
berbagai segi kebudayaan Melayu yang dianggap bersalahan dengan ajaran Islam.
Dari sini terlihat dengan jelas dominasi Islam dalam budaya Melayu, sehingga
Islam mewarnai segala aspek kehidupan orang Melayu, menggantikan berbagai
sebutan untuk yang kuasa (dewa-dewa) menjadi Allah dan menggantikan berbagai
simbol keagamaan yang dipandang menyalahi ajaran Islam.[1]
B.
Agama
dan Kepercayan
Jika merujuk pada tatanan ilmu social, maka agama dikatakan
sebagai sistem kepercayaan yang teratur atau terorganisasi. Sedangkan
kepercayaan adalah keyakinan yang ditujukan kepada satu-satu fenomena
kepercayaan atau tidak memimiliki ciri-ciri yang terorganisasi ataupun
tersistem.
Pada masyarakat melayu, mereka membedakan antara agama
dan kepercayaan. Menurut masyarakat melayu, Agama yang dianggap oleh mereka
adalah agama-agama besar yang diakui oleh pemerintah. Seperti Islam, Kristen,
Khatolik, Hindu dan Budha. Sementara keyakinan-keyakinan seperti penyembahan
pada ‘dewa-dewa’ dan kepercayaan akan kekuatan yang dimiliki makhluk halus
(jin, hantu, jembalang, sikodi dan lainnya) hanya dianggap sebagai suatu
kepercayaan saja. Seperti yang terdapat pada suku ‘terasing’ – Suku Talang
Mamak, Suku Akit, Suku laut, dan sebagainya. Maupun kepercayaan yang juga
mencangkup masalah upacara-upacara yang lahir dari kebiasaan-kebiasaan lama
orang melayu, seperti tepung tawar, mati tanah dan lainnya.[2]
Keprcayaan
tehadap jiwa, roh atau semangat amat mempengaruhi kehidupan manusia.
Kepercayaan ini dapat dikesan melalui mitos dan legenda. Mitos adalah cerita
mengenai dewa dewi dan makhluk luar biasa yang menjadi dasar kepercayaan dan
sistem agama. Sedangkan legenda merupakan cerita mengenai kejadian alam,
keramat, pusara, atau kuburan dan pohon yang dianggab berpuaka atau yang
berkaitan dengan roh seseorang yang terkenal di tempat tertentu.[3]
Roh ini
dikenal sebagai hyang yang bermaksuk
moyang. Kepercayaan pemujaan nenek moyang mempunyai kesan dalam bentuk likisan
binatang di gua-gua yang banyak terdapat di irian jaya dan tradisi mengalitik
yaitu mebina batu-batu besar sebagai tanda penghormatan kepada nenek moyang.
Tradisi megalitik ini terdapat di kebanyakan tempat di Indonesia seperti
Sumatera, Jawa, Sulawesi,Sumbawa, dan Bali serta Malaka dan Negeri Sembilan di
Tanah Melayu.[4]
Namun sebenarnya
yang dikatakan kepercayaan dalam masyarakat melayu itu bukan hanya dalam
kepercayan lama saja yang menjadi peninggalan masa lampau seperti animisme,
tapi juga kepercayaan yang datang setelahnya, seperti kepercayaan agama agama
hindu, budha dan Islam sendiri. Dimana Islam yang datang terakhir mengakomodir
semua unsur kebudayaan tersebut secara perlahan, serta melakukan penelusuran
terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Islam.[5]
Dalam masyarakat
Melayu, Yang disebut dengan kepercayaan itu bukan saja kepercayaan lama yang
menjadi peninggalan masa lampau, tetapi juga kepercayaan populer Islam, yaitu
sebagian perlakuan orang Melayu berhubung dengan kuasa luar. Dalam perlakuan
agama orang Melayu terdapat persepsi terhadap agama resmi yang mereka anut dan kepercayaan lama, namun persepsi ini
tentu saja berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Hubungan antara
agama resmi dengan kepercayaan dalam masyarakat Melayu bisa dilihat dalam
berbagai upacara yang dilakukan. Paling tidak ada tiga unsur yang berkembang
dalam masyarakat melayu, yaitu: pertama, unsur-unsur yang berasal dari
ajaran Islam, kedua, unsur-unsur yang berasal dari kepercayaan lama, ketiga,
unsur-unsur yang berasal dari Islam populer.
Ketiga unsur ini
terdapat hubungan yang erat dan saling terkait. Dalam masyarakat Melayu tidak
terdapat perbedaan perlakuan yang tegas antara unsur-unsur yang berasal dari
agama dan unsur-unsur yang berasal dari kepercayaan, karena unsur-unsur yang
berasal dari kepercayaan itu tetap tidak boleh berlawanan dengan unsur-unsur
yang berasal dari agama. Kedua unsur itu berkembang dan menyatu di
tengah-tengah masyarakat dan memperkaya Khasanah kebudayaan Melayu.
C.
Kepercayaan
sebagai Warisan Leluhur
Dalam kepercayaan
warisan masyarakat melayu, terdapat dasar-dasar yang sama pada setiap puak
melayu, di kalangan orang melayu, sudah berabad-abad kepercayaan itu tidak lagi
berfungsi sebagai agama, tetapi hidup pada garis pinggir (periphery) peradaban
mereka. Kepercayaan kepada kuasa-kuasa luar biasa yang diyakini menguasai alam
sekitarnya atau tempat-tempat tertentu yang dipandang mempunyai pengaruh bagi
kehidupan manusia telah melahirkan berbagai upacara dan sastra lisan.
Salah satu cerita
yang terkenal dalam masyarakat Melayu, ada kesaktian Kuala Gasib (bekas pusat
kerajaan siak tua). Menurut penuturan masyarakat, jika melewati Kuala Gasib dan
membawa benda-benda, seperti keris, ajimat, batu-batu yang memiliki kesaktian
atau kekuatan, dan tidak meminta izin sesuai yang berlaku, maka kekuatan atau
kesaktian benda tersebut akan hilang.
Orang melayu juga
menyakini, jika ada orang yang hilang dan tidak ditemui atau muncul
keadaan-keadaan yang tidak bisa dijelaskan secara rasional, maka itu dipandang
sebagi perbuatan ‘orang bunian’. Suatu hal dan penting
dan perlu diperhatikan ialah di kalangan orang melayu terdapat kepercayaan lama
yang hidup di sisi agama (Islam) mereka. Kepercayaan ini mungkim dikatakan
tahayul bagi mereka yang mempunyai pengetahuan agama yang mendalam bagi mereka
yang memiliki pendidikan tinggi. Namun, bagi antropologhal ini tidak bisa
dinafikan, karena kepercayaan lama itu memang wujud dan merupakan sesuatu yang
hnyata dikalangan orang melayu. Sistem kepercayaan orang Melayu tidak akan
lengkap, bila hanya menjelaskan agama (Islam) resmi mereka, tanpa menjelaskan
kepercayaan lama sebagai warisan leluhur.
Meskipun keliatannya kepercayaan orang Melayu itu
banyak mengandung unsure-unsur kepercayaan lama, dalam pandangan mereka
praktik-praktik tersebut tidak bertentangan atau melanggar ajaran agama islam.
Proses islamisasi dalam masyarakat Melayu terjadi secara bertahap dan terus
berlangsung sampai sekarang, dan tahap awal adalah memasukkan unsuk-unsur yang
berbau islam serta mengganti simbul-simbol lama dengan symbol-simbol baru yang
lebih sesuai dengan ajaran Islam.
Kemampuan bertahannya kepercayaan-kepercayaan lama
ini, karena ia masih dipandang tetap fungsional dalam kehidupan dan tidak
bertentangan dengan ajaran islam secara diametral, apalagi setelah mengalami
suatu proses Islamisasi sehingga ia dipandang sah dan benar. Hal ini mungkin
merupakan suatu konsekwensi yang diterima dan penyebaran Islam di kawasan ini
yang sangat toleran terhadap praktik-praktik tersebut.
D.
Praktik
Keagamaan
a.
Agama
Islam
Praktik-praktik
keagamaan orang melayu, seperti sholat lima waktu subuh, maghrib,isya,ashar,dan
zuhur dilaksanakan secara rutin dalam pola yang sama sesuai dengan mazhab yang
mereka pegang, yaitu Syafi’i. mazhab Syafi’I merupakan mazhab yang umum dianut
oleh orang Melayu.
Ada
beberapa rangkaian ibadah yang sering diperdebatkan dan bahkan jarang dijadikan
faktor perpecahan dikalangan masyarakat Melayu, seperti persoalan kunut,
talqin, rakaat sholat terawih, bedo’a bersama, dan sebagainya.
Menurut Yusmar
Yusuf, orang melayu sangat menghormati hari jum’at-ini jelas merupakan pengaruh
dari islam-dimana hari jum’at dipandang sebagai hari yang pendek untuk bekerja
tapi panjang untuk beribadah. Pada hari itu, masyarakat melayu juga mengenakan
“baju kurung” ini berfungsi untuk memperindah diri dan menutup aurat yang jelas
sekali merupakan pengaruh dari islam.
Dari sisi
teologis orang melayu berpegang pada teologi asy’ariyah yang lebih dekat dengan
paham jabariyah. Sekalipun Asy’ariyah mengajarkan tentang “kasb”(usaha), namun
hal itu tidak banyak membantu untuk merubah pemahaman masyarakat tentang takdir
dan nasib. Masyarakat melayu percaya bahwa konsep takdir dan nasib telah
digariskan oleh allah.
Dari sisi
tasawuf sendiri, orang melayu berpegang erat pada ajaran imam al-ghazali.
Dimana mereka sulit untuk menerima tasawuf wahdat al-wujud dari ibnu arabi atau
hulul dari al-hallaj dan aliran tasawuf lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh terlarangny ajaran wahdat al-wujud di tanah aceh, yang kemudian membuat
paham ini kurang digemari oleh masyarakat melayu.
Adapun
kitak-kitab yang sering dibaca masyarakat melayu sebagai cerminan dari ajaran
asy’ariyah, syafi’I dan imam al’ghazali adalah kitab-kitab yang ditulis oleh
abdus samad al-palimbani dan daud al-fathani.
b.
Agama Budha
Agama Buddha
pula turut tersebar di kalangan masyarakat melayu dan ia mempunyai pertalian
dengan agama Hindu. Ini disebabkan agama ini mengalami pengakomodiran dengan
unsur-unsur agama Hindu.
Agama ini
diasaskan oleh Sidharta Gautama di India. Agama ini melarang manusia melakukan
kekejaman karena ia tidak mendatangkan sebarang kebaikan.
Ajaran agama
Buddha ini mudah diterima karena anggapan mereka bahawa pengasas agama Buddha
merupakan penjelmaan kembali salah satu daripada Dewa Hindu.
[6]
c.
Agama Hindu
Ajaran ini diterima oleh pemerintah kerana agama ini
berpegang teguh kepada konsep Dewaraja yaitu raja adalah tuhan dibumi yang
sekaligus memperkukuhkan kedudukan raja sebagai pemerintah. Sebagai contoh,
terdapat dua buah kerajaan Hindu di Tanah Melayu yaitu kerajaan Langkasuka dan
kerjaaan Kedah Tua. Disamping itu terdapatnya penyembahan Dewa Siva dan Vishnu,
yang dapat dilihat dari pada pembinaan Candi Bukit Batu Pahat dan Candi Bukit
Pendiat di Lembah Bujang, Kedah.
Dikarenakan
prinsip kedatangan agama hindu yang diarahkan pada kaum bangsawan, banyak pihak
yang mengatakan bahwa sebenarnya hanya golongan bangsawanlah yang menganut
agama ini dengan sungguh-sungguh. Meskipun mereka sendiri tidak benar-benar
paham dengan ajaran filsafat hindu yang asli.
Mereka hanya
mementingkan perkara yang berkaitan dengan tata upacara serta ajaran-ajaran
yang membesarkan keagungan dewa bagi kepentingan mereka sendiri, sehingga
secara tidak langsung dengan menjadi penganut agama hindu mereka memperkukuh
kedudukan mereka didalam struktur lapisan didalam puncak masyarakat.
Adapun dalam
masyarakat melayu mereka lebih cenderung bersifat seni dibanding harus memahami
kehalusan metafisik hindu yang bersifat filsafat. Beberapa kesusasteraan agama
asli hindu-india yang diadopsi kedalam bahasa hindu-melayu telah ada pada mahabrata
dan baghavad gita yang menggambarkan kehidupan arjuna dan
bharatayuddha yang kesemuanya tidak menampakkan filsafat hindu asli.
E.
Penutup
Pada masyarakat melayu, mereka membedakan antara agama
dan kepercayaan. Menurut masyarakat melayu, Agama yang dianggap oleh mereka
adalah agama-agama besar yang diakui oleh pemerintah. Seperti Islam, Kristen,
Khatolik, Hindu dan Budha. Sementara keyakinan-keyakinan seperti penyembahan pada
‘dewa-dewa’ dan kepercayaan akan kekuatan yang dimiliki makhluk halus (jin,
hantu, jembalang, sikodi dan lainnya) hanya dianggap sebagai suatu kepercayaan
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Islam dan Tamadun
Melayu. Pekanbaru : LPM Fak Ushuludin UIN SUSKA & YPR, 2010
Ellya Roza, Islam dan Tamadun Melayu, Pekanbaru:
Daulat Riau Anggota IKAPI,2013
http://ISLAM%20DAN%20TAMADUN%20MELAYU/Coretan%20Garis%20Lurus%20%20Agama%20dan%20Kepercayaan%20dalam%20kehidupan%20m
terime kasih banyak ye.. tas refensinya cukup dan sangat membantu...
BalasHapusgood luck