Minggu, 05 Juli 2015

SISTEM KEPERCAYAAN DAN AGAMA MELAYU / Mairita fitri / makalah



SISTEM KEPERCAYAAN DAN AGAMA MELAYU
Oleh:
ulfa, unita, dan mey
A.    Pendahaluan
Sistem kepercayaan merupakan suatu asas dalam kehidupan manusia. Setiap masyarakat didunia ini menganut satu sistem kepercayaan tertentu. Dari berbagai hasil penelitian antropologi ditemukan bahwa tidak ada masyarakat didunia ini yang tidak memiliki sistem kepercayaan atau agama, baik dalam masyarakat yang masih terbelakang maupun yang sudah maju. Sistem keparecayaan merupakan aspek kebudayaan yang terjaring luas dalam masyarakat. Melalui sistem kepercayaan inilah manusia melakukan hubungan dengan yang ghaib (Tuhan) yang dipandang mempunyai pengaruh dalam kehidupan manusia.
Secara teoritis, sistem kepercayaan merupakan salah satu bagian dari inti kebudayaan, oleh karena itu bagian ini merupakan bagian yang sangat sulit sekali untuk berubah atau kalau pun berubah memerlukan proses yang panjang. Orang melayu sudah mengalami berbagai rentang kepercayaan, mulai dari animisme-dinamisme, Hindhu-Buddha berada dalam kehidupan melayu lebih panjang, yaitu pada masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Kehadiran Islam didunia melayu merupakan petanda dimulainya babak baru, karena agama ini di samping menjadi sumber bagi adat melayu, juga dijadikan sebagai pelurus berbagai segi kebudayaan Melayu yang dianggap bersalahan dengan ajaran Islam. Dari sini terlihat dengan jelas dominasi Islam dalam budaya Melayu, sehingga Islam mewarnai segala aspek kehidupan orang Melayu, menggantikan berbagai sebutan untuk yang kuasa (dewa-dewa) menjadi Allah dan menggantikan berbagai simbol keagamaan yang dipandang menyalahi ajaran Islam.[1]
B.     Agama dan Kepercayan
Jika merujuk pada tatanan ilmu social, maka agama dikatakan sebagai sistem kepercayaan yang teratur atau terorganisasi. Sedangkan kepercayaan adalah keyakinan yang ditujukan kepada satu-satu fenomena kepercayaan atau tidak memimiliki ciri-ciri yang terorganisasi ataupun tersistem.
Pada masyarakat melayu, mereka membedakan antara agama dan kepercayaan. Menurut masyarakat melayu, Agama yang dianggap oleh mereka adalah agama-agama besar yang diakui oleh pemerintah. Seperti Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha. Sementara keyakinan-keyakinan seperti penyembahan pada ‘dewa-dewa’ dan kepercayaan akan kekuatan yang dimiliki makhluk halus (jin, hantu, jembalang, sikodi dan lainnya) hanya dianggap sebagai suatu kepercayaan saja. Seperti yang terdapat pada suku ‘terasing’ – Suku Talang Mamak, Suku Akit, Suku laut, dan sebagainya. Maupun kepercayaan yang juga mencangkup masalah upacara-upacara yang lahir dari kebiasaan-kebiasaan lama orang melayu, seperti tepung tawar, mati tanah dan lainnya.[2]
Keprcayaan tehadap jiwa, roh atau semangat amat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dapat dikesan melalui mitos dan legenda. Mitos adalah cerita mengenai dewa dewi dan makhluk luar biasa yang menjadi dasar kepercayaan dan sistem agama. Sedangkan legenda merupakan cerita mengenai kejadian alam, keramat, pusara, atau kuburan dan pohon yang dianggab berpuaka atau yang berkaitan dengan roh seseorang yang terkenal di tempat tertentu.[3]
Roh ini dikenal sebagai hyang yang bermaksuk moyang. Kepercayaan pemujaan nenek moyang mempunyai kesan dalam bentuk likisan binatang di gua-gua yang banyak terdapat di irian jaya dan tradisi mengalitik yaitu mebina batu-batu besar sebagai tanda penghormatan kepada nenek moyang. Tradisi megalitik ini terdapat di kebanyakan tempat di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi,Sumbawa, dan Bali serta Malaka dan Negeri Sembilan di Tanah Melayu.[4]
Namun sebenarnya yang dikatakan kepercayaan dalam masyarakat melayu itu bukan hanya dalam kepercayan lama saja yang menjadi peninggalan masa lampau seperti animisme, tapi juga kepercayaan yang datang setelahnya, seperti kepercayaan agama agama hindu, budha dan Islam sendiri. Dimana Islam yang datang terakhir mengakomodir semua unsur kebudayaan tersebut secara perlahan, serta melakukan penelusuran terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Islam.[5]
Dalam masyarakat Melayu, Yang disebut dengan kepercayaan itu bukan saja kepercayaan lama yang menjadi peninggalan masa lampau, tetapi juga kepercayaan populer Islam, yaitu sebagian perlakuan orang Melayu berhubung dengan kuasa luar. Dalam perlakuan agama orang Melayu terdapat persepsi terhadap agama resmi yang mereka anut  dan kepercayaan lama, namun persepsi ini tentu saja berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Hubungan antara agama resmi dengan kepercayaan dalam masyarakat Melayu bisa dilihat dalam berbagai upacara yang dilakukan. Paling tidak ada tiga unsur yang berkembang dalam masyarakat melayu, yaitu: pertama, unsur-unsur yang berasal dari ajaran Islam, kedua, unsur-unsur yang berasal dari kepercayaan lama, ketiga, unsur-unsur yang berasal dari Islam populer.
Ketiga unsur ini terdapat hubungan yang erat dan saling terkait. Dalam masyarakat Melayu tidak terdapat perbedaan perlakuan yang tegas antara unsur-unsur yang berasal dari agama dan unsur-unsur yang berasal dari kepercayaan, karena unsur-unsur yang berasal dari kepercayaan itu tetap tidak boleh berlawanan dengan unsur-unsur yang berasal dari agama. Kedua unsur itu berkembang dan menyatu di tengah-tengah masyarakat dan memperkaya Khasanah kebudayaan Melayu.
C.    Kepercayaan sebagai Warisan Leluhur
Dalam kepercayaan warisan masyarakat melayu, terdapat dasar-dasar yang sama pada setiap puak melayu, di kalangan orang melayu, sudah berabad-abad kepercayaan itu tidak lagi berfungsi sebagai agama, tetapi hidup pada garis pinggir (periphery) peradaban mereka. Kepercayaan kepada kuasa-kuasa luar biasa yang diyakini menguasai alam sekitarnya atau tempat-tempat tertentu yang dipandang mempunyai pengaruh bagi kehidupan manusia telah melahirkan berbagai upacara dan sastra lisan.
Salah satu cerita yang terkenal dalam masyarakat Melayu, ada kesaktian Kuala Gasib (bekas pusat kerajaan siak tua). Menurut penuturan masyarakat, jika melewati Kuala Gasib dan membawa benda-benda, seperti keris, ajimat, batu-batu yang memiliki kesaktian atau kekuatan, dan tidak meminta izin sesuai yang berlaku, maka kekuatan atau kesaktian benda tersebut akan hilang.
Orang melayu juga menyakini, jika ada orang yang hilang dan tidak ditemui atau muncul keadaan-keadaan yang tidak bisa dijelaskan secara rasional, maka itu dipandang sebagi perbuatan ‘orang bunian’. Suatu hal dan penting dan perlu diperhatikan ialah di kalangan orang melayu terdapat kepercayaan lama yang hidup di sisi agama (Islam) mereka. Kepercayaan ini mungkim dikatakan tahayul bagi mereka yang mempunyai pengetahuan agama yang mendalam bagi mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Namun, bagi antropologhal ini tidak bisa dinafikan, karena kepercayaan lama itu memang wujud dan merupakan sesuatu yang hnyata dikalangan orang melayu. Sistem kepercayaan orang Melayu tidak akan lengkap, bila hanya menjelaskan agama (Islam) resmi mereka, tanpa menjelaskan kepercayaan lama sebagai warisan leluhur.
Meskipun keliatannya kepercayaan orang Melayu itu banyak mengandung unsure-unsur kepercayaan lama, dalam pandangan mereka praktik-praktik tersebut tidak bertentangan atau melanggar ajaran agama islam. Proses islamisasi dalam masyarakat Melayu terjadi secara bertahap dan terus berlangsung sampai sekarang, dan tahap awal adalah memasukkan unsuk-unsur yang berbau islam serta mengganti simbul-simbol lama dengan symbol-simbol baru yang lebih sesuai dengan ajaran Islam.
Kemampuan bertahannya kepercayaan-kepercayaan lama ini, karena ia masih dipandang tetap fungsional dalam kehidupan dan tidak bertentangan dengan ajaran islam secara diametral, apalagi setelah mengalami suatu proses Islamisasi sehingga ia dipandang sah dan benar. Hal ini mungkin merupakan suatu konsekwensi yang diterima dan penyebaran Islam di kawasan ini yang sangat toleran terhadap praktik-praktik tersebut.
D.    Praktik Keagamaan
a.      Agama Islam
Praktik-praktik keagamaan orang melayu, seperti sholat lima waktu subuh, maghrib,isya,ashar,dan zuhur dilaksanakan secara rutin dalam pola yang sama sesuai dengan mazhab yang mereka pegang, yaitu Syafi’i. mazhab Syafi’I merupakan mazhab yang umum dianut oleh orang Melayu.
Ada beberapa rangkaian ibadah yang sering diperdebatkan dan bahkan jarang dijadikan faktor perpecahan dikalangan masyarakat Melayu, seperti persoalan kunut, talqin, rakaat sholat terawih, bedo’a bersama, dan sebagainya.
Menurut Yusmar Yusuf, orang melayu sangat menghormati hari jum’at-ini jelas merupakan pengaruh dari islam-dimana hari jum’at dipandang sebagai hari yang pendek untuk bekerja tapi panjang untuk beribadah. Pada hari itu, masyarakat melayu juga mengenakan “baju kurung” ini berfungsi untuk memperindah diri dan menutup aurat yang jelas sekali merupakan pengaruh dari islam.
Dari sisi teologis orang melayu berpegang pada teologi asy’ariyah yang lebih dekat dengan paham jabariyah. Sekalipun Asy’ariyah mengajarkan tentang “kasb”(usaha), namun hal itu tidak banyak membantu untuk merubah pemahaman masyarakat tentang takdir dan nasib. Masyarakat melayu percaya bahwa konsep takdir dan nasib telah digariskan oleh allah.
Dari sisi tasawuf sendiri, orang melayu berpegang erat pada ajaran imam al-ghazali. Dimana mereka sulit untuk menerima tasawuf wahdat al-wujud dari ibnu arabi atau hulul dari al-hallaj dan aliran tasawuf lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh terlarangny ajaran wahdat al-wujud di tanah aceh, yang kemudian membuat paham ini kurang digemari oleh masyarakat melayu.
Adapun kitak-kitab yang sering dibaca masyarakat melayu sebagai cerminan dari ajaran asy’ariyah, syafi’I dan imam al’ghazali adalah kitab-kitab yang ditulis oleh abdus samad al-palimbani dan daud al-fathani.
b.      Agama Budha
Agama Buddha pula turut tersebar di kalangan masyarakat melayu dan ia mempunyai pertalian dengan agama Hindu. Ini disebabkan agama ini mengalami pengakomodiran dengan unsur-unsur agama Hindu. Agama ini diasaskan oleh Sidharta Gautama di India. Agama ini melarang manusia melakukan kekejaman karena ia tidak mendatangkan sebarang kebaikan.
Ajaran agama Buddha ini mudah diterima karena anggapan mereka bahawa pengasas agama Buddha merupakan penjelmaan kembali salah satu daripada Dewa Hindu. [6]
c.       Agama Hindu
Ajaran ini diterima oleh pemerintah kerana agama ini berpegang teguh kepada konsep Dewaraja yaitu raja adalah tuhan dibumi yang sekaligus memperkukuhkan kedudukan raja sebagai pemerintah. Sebagai contoh, terdapat dua buah kerajaan Hindu di Tanah Melayu yaitu kerajaan Langkasuka dan kerjaaan Kedah Tua. Disamping itu terdapatnya penyembahan Dewa Siva dan Vishnu, yang dapat dilihat dari pada pembinaan Candi Bukit Batu Pahat dan Candi Bukit Pendiat di Lembah Bujang, Kedah.
Dikarenakan prinsip kedatangan agama hindu yang diarahkan pada kaum bangsawan, banyak pihak yang mengatakan bahwa sebenarnya hanya golongan bangsawanlah yang menganut agama ini dengan sungguh-sungguh. Meskipun mereka sendiri tidak benar-benar paham dengan ajaran filsafat hindu yang asli.
Mereka hanya mementingkan perkara yang berkaitan dengan tata upacara serta ajaran-ajaran yang membesarkan keagungan dewa bagi kepentingan mereka sendiri, sehingga secara tidak langsung dengan menjadi penganut agama hindu mereka memperkukuh kedudukan mereka didalam struktur lapisan didalam puncak masyarakat.
Adapun dalam masyarakat melayu mereka lebih cenderung bersifat seni dibanding harus memahami kehalusan metafisik hindu yang bersifat filsafat. Beberapa kesusasteraan agama asli hindu-india yang diadopsi kedalam bahasa hindu-melayu telah ada pada mahabrata dan baghavad gita yang menggambarkan kehidupan arjuna dan bharatayuddha yang kesemuanya tidak menampakkan filsafat hindu asli.
E.     Penutup
Pada masyarakat melayu, mereka membedakan antara agama dan kepercayaan. Menurut masyarakat melayu, Agama yang dianggap oleh mereka adalah agama-agama besar yang diakui oleh pemerintah. Seperti Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha. Sementara keyakinan-keyakinan seperti penyembahan pada ‘dewa-dewa’ dan kepercayaan akan kekuatan yang dimiliki makhluk halus (jin, hantu, jembalang, sikodi dan lainnya) hanya dianggap sebagai suatu kepercayaan saja.




DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Islam dan Tamadun Melayu. Pekanbaru : LPM Fak Ushuludin UIN SUSKA & YPR, 2010
Ellya Roza, Islam dan  Tamadun Melayu, Pekanbaru: Daulat Riau Anggota IKAPI,2013
http://ISLAM%20DAN%20TAMADUN%20MELAYU/Coretan%20Garis%20Lurus%20%20Agama%20dan%20Kepercayaan%20dalam%20kehidupan%20m


[1]Hasbullah, Islam dan Tamadun Melayu. (Pekanbaru : LPM Fak Ushuludin UIN SUSKA & YPR, 2010), hal.,55
[2]Ibid. hal.,56.
[3]Ellya Roza, Islam dan  Tamadun Melayu, (pekanbaru: Daulat Riau Anggota IKAPI,2013), hal.115.
[4]Ibid. hal.,116
[5]Ibid. hal.,59.
[6]http://ISLAM%20DAN%20TAMADUN%20MELAYU/Coretan%20Garis%20Lurus%20%20Agama%20dan%20Kepercayaan%20dalam%20kehidupan%20masyarakat%20Melayu.htm

1 komentar:

  1. terime kasih banyak ye.. tas refensinya cukup dan sangat membantu...
    good luck

    BalasHapus