Minggu, 05 Juli 2015

KEDATANGAN ISLAM KE DUNIA MELAYU / Mairita fitri / makalah



KEDATANGAN ISLAM KE DUNIA MELAYU


A.      Pendahuluan
Islam memiliki karakteristik global, yang mana bisa diterima dalam setiap ruang dan waktu. Namun saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah, karakteristik globalnya seolah-olah hilang melebur ke dalam berbagai kekkuatan lokal yang dimasukinya. Satu kecendrungan dimana biasa Islam mengadaptasi terhadap kepentingan mereka. Khususnya dikawasan Nusantara, dimana disana identik dengan budaya melayu, budaya Melayu yang ada di Nusantara menjadikan Agama Islam disana berkarakter Islam melayu. Islam dan masyarakat tradisional Melayu pada dasarnya adalah bentuk Islam pribumi, yang dianut sebagai prinsip-prinsip akidah dengan ajaran-ajaran ritualnya yang bersifat wajib. Islamisasi orang-orang Melayu, seperti itu juga yang dialami oleh orang-orang ditempat lain, tidak pernah berlangsung secara sekaligus, akan tetapi melalui proses yang berjalan secara bertahap-tahap.
Dunia kebudayaan Melayu membentang dari malaysia dan Indonesia sampai ke Fhilipina Selatan (kepulauan Mindano). Ia merupakan kawasan kebudayaan yang berdasarkan  etnolinguistik sangat luas dan beragama. Meskipun secara etnologis penduduk di kawasan ini lebih homogen pada ras Melayu, namun dalam kenyataanya realitas sosial dan budaya yang berkembang di dalamnya menunjukkan keragaman, sangat homogen. Islam telah memiliki sejarah yang amat panjang di kawasan melayu. Sekalipun demikian, proses Islamisasi masih terus berlanjut terutama di daerah-daerah pedalaman, khususnya bagi suku-suku primitif tertutup di Indonesia yang masih menganut animisme. Sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan pengenalan Islam terhadap suku Kubu di Jambi, Badui di Banten, apalagi suku-suku di sekitar Lembah Balim, Irian barat.





B.       Kedatangan Islam Kedunia Melayu
Islam datang dikawasan  Melayu  diperkirakan pada sekitar abad ke-7. Kemudian mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal yang diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. Awal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir, Yaman, atau Teluk Persia) atau dari daerah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar, dan Bangladesh), dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau dengan di Maja Pahit di Jawa. Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-15 ditandai dengan banyaknya pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka, Aceh, maupun di Jawa seperti di pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak, dan sebagainya.
Pusat-pusat kekuatan ekonomi masyarakat Islam secara tidak langsung terlembagakan dalam bentuk kota-kota dagang atau munculnya para saudagar muslim, baik di Malaka, Aceh, maupun pesisir-pesisir pulau jawa. Saudagar-saudagar Arab, kelompok-kelompok sufi, dan para mubaligh dari teluk persia, Oman maupun dari Gujarat-Persia tersebut atau dari berbagai tempat lain dari Timur Tengah terus berakumulasi dengan kekuatan lokal, hingga terbentuknya komunitas politik, yakni kesultanan pada abad ke-16. Dari sana para saudagar mendapat perlingdungan dan semangat lebih untuk meneruskan langkah-langkah ekonomi dan dakwahnya untuk menembus wilayah-wilayah Timur lainnya, seperti daerah-daerah Jawa, serta daerah Maluku, seperti Ambon, Ternate, Tidore, dan seterusnya, termasuk Kalimantan, pulau-pulau Sulu dan Filipina.[1]
Pengaruh persia terhadap kebudayaan Melayu juga sangat terasa pada pemikiran-pemikiran seni dan bahasa. Banyak pola-pola kata dan bahasa yang di adopsi dari pola-pola Persia, simana huruf  akhiran “th” yang selalu dibaca tegas seperti pada kata masyaraka(t),  makluma(t), khiyana(t), dan sebagainya. Sementara dalam pola bahasa Arab akhiran “t” selalu dibaca mati dan diganti dengan akhiran “h”; khiyanah, ma’lumah, dan sebagainya. Istilah-istilah lain seperti cilla (duduk bersila), bazar (pasar) dan sebagainya, termasuk pada pola dan wujud seni sastra Melayu yang hampir separuhnya terpengaruh Persia.[2]
Mengenai teori kedatangan Islam di Melayu terdapat banyak pendapat dan masing-masing pendapat diikuti dengan bukti-buktinya. Memang banyak hal yang dipermasalahkan apabila membicarakan apabila membicarakan tentang kedatangan Islam. meskipun demikian maka teori kedatangan Islam meliputi tiga hal pokok yakni dari mana asal kedatangan Islam waktu kedatangan Islam dan siapa yang membawa Islam itu sendiri. Namun  terlepas dari teori tersebut yang jelas Islam pada awalnya bertapak di kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh, Malaka, Riau, dan kota-kota pelabuhan lainnya. Hal ini disebabkan karena Kepulauan Melayu memang berada di persimpangan jalan laut bagi para pedagang yang akan melakukan perjalanan perniagaan. Misalnya pedagang Arab, Persia, India, dan China dengan dua arah bolak balik. Oleh sebab itu secara umum dikatakan bahwa Islam disebarkan oleh para pedagang muslim yang melakukan perdagangan ke berbagai wilayah.[3]
Sebelum islam datang ke tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut annimisme, hinduisme, dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya Islam secara berangsur-angsur mulai meyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara. Proses islamisasi di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peranan kerajaan Islam. Berawal ketika Raja setempat memeluk Islam, selanjutnya diikuti para pembesar istana, kaum bangsawan dan kemudian rakyat jelata. Dalam perkembangan selanjutnya, kesultanan memainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan kesultanan sebagai institusi politik Muslim, pembentukan dan pengembangan institusi-institusi Muslim lainnya, seperti pendidikan dan hukum (peradilan agama) tetapi juga dalam peningkatan syiar dan dakwah Islam.[4]
Mengenai tempat asal datangnya Islam ke kawasan Melayu ada berbagai teori antara lain:
1.      Teori Arab
Pendapat ini menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau lebih tepatnya dari Hadramaut. Karena jika dilihat secara nyata jauh ke belakang sebenarnya telah terjadi hubungan antara penduduk nusantara dengan bangsa Arab sebelum kelahiran Islam. Dalam  satu catatan -shih” telah ditemui pada tahun 650 M/30 H. perkampungan tersebut dihuni oleh orang-orang Arab yang datang ke Sumatera pada abad ke-7 M. Selain tu pula bahwa pada abad 7 M yakni sekitar tahun 632 M berangkatlah satu ekspedisi yang terdiri dari beberapa orang saudagar Arab dan beberapa orang mubaligh Islam berlayar ke negeri Cina dan tinggal di pelabuhan Aceh yaitu di Lamuri. Kemudian dikatakan pula bahwa pada tahun 82 H atau tahun 717 M berlayar pula 33 buah kapal Arab-Persia yang diketuai oleh Zahid ke Tiangkok dan singgah pula di Aceh, Kedah, Suam, Brunei dan lain-lain.  Kepentingan mereka adalah untuk berdagang dan menyebarkan Islam. selanjutnya T. W. Arnold dalam bukunya “The Preaching Of Islam” menyebutkan pada 674 M telah ada koloni Arab di Pantai Barat Sumatra dan ada dari pembesar Arab itu yang menjadi kepala koloni disana, yaitu sekitar 676 M.
Teori Arab ini sangat banyak menampilkan bukti-bukti tentang keberadaan orang Arab di Wilayah Melayu, baik sebelum Islam maupun sesudah Islam. selain itu dapat juga dilihat bahwa system aksara Arab-Melayu yang ada di nusantara merupakan saduran dari aksara Arab atau aksara Timur Tengah. Hal ini menandakan telahh terjadinya interaksi yang dalam antara kedua wilayah itu.[5]
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai menyebutkan Syeikh Ismail dengan kapal dari Mekkah ke Pasai, djan lalu ia mengislamkan Merah Silu – penguasa setempat – yang kemudian diberi gelar Sultan Malik al-Saleh. Demikian juga informasi yang diberikan dalam sejarah Melayu (1952), Parameswara – penguasa melaka – juga di Islamkan oleh Sayyid Abdul Aziz, seorang Arab dari Jeddah. Setelah masuk Islam ia diberi gelar Sultan Muhammad Syah. Historiografi lainnya, Hikayat Mahawangsa meriwayatkan bahwa Syeikh Abdullah al-Yamani datang dari Makkah ke Nusantara dan mengislamkan penguasa setempat, Phra Ong Mahawangsa(Merong Mahawangsa) dan para mentrinya, serta sekalian penduduk Kedah. Setelah masuk Islam ia bergelar Sultan Muzaffar Syah. Sementara itu, sebuah historiografi dari Aceh (1982) menerangkan bahwa nenek moyang  Sultan Aceh berasal dari Arab yang bernama Syekh Jamal al-‘Alam, yang dikirim Sultan Utsmani untuk mengislamkan penduduk Aceh. Riwayat Aceh lainnya menyatakan bahwa Islam diperkenalkan di Aceh oleh seorang Arab yang bernama Syekh Abdulah ‘Arif sekitar tahun 506 H/ 1111 M.[6]
Dalam seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia tahun 1962, Hamka menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui india bukan pada abad 11 akan tetapi Islam masuk pada abad pertama Hijrah atau abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didukung oleh Naquib al-Attas dengan mengkaji literature Melayu abad ke-10 dan 11 H (16-17 M). karena dalam berbagai tulisan Melayu selalu disebutkan peran bangsa Arab dalam proses Islamisasi.[7]
2.      Teori India
Teori kedatangan Islam ke Nusantara dibawa oleh pedagang-pedang dari India telah dipelopori oleh orientalis seperti Snouck Horgronje dan Brain Harrison. Teori ini diperkuat lagi dengan bukti lain yakni penemuan batu-batu nisan seperti batu nisan di Pasai yang bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H (27 September 1428) mirip dengan batu nisan yang ada dimakam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa Timur bahkan sama pula bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Sementara itu didapati juga pendapat yang mengatakan bahwa Islam dibawa oleh pedagang-pedagang yang berasal dari Malabar bukan Gujarat.  Hal ini dekarenakan adanya kesamaan mazhab yang di anut oleh masyarakat Nusantara dengan masyarakat di Malabar yakni manganut Mazhab Syafi’i. Sedangkan di Gujarat, masyarakatnya mengamalkan mazhab Hanafi. Selain itu Gujarat menerima Islam lebih belakang dari Pasai.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa muslim yang banyak di Pasai adalah orang-orang Benggali atau keturunan mereka. Islam muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur bukan dari pantai barat yaitu Malaka. Pendapat ini banyak dinilai lemah oleh sejarawan karena alasannya tidak kuat  terutama dalam hal angka tahun.
3.      Teori China
Terdapat juga teori yang mengatakan bahwa Islam di bawa ke Nusantara melalui Negara China karena Islam telah sampai ke China pada zaman pemerintahan Dinasti Tang sekitar tahun 659 M. pendapat ini didukung oleh Emanuel Godinho De Evedia yang digunakan oleh Othman dalam tulisannya yang mengatakan bahwa Islam datang ke Nusantara dari China melalui Kanton dan Hainan pada abad ke-9 M dengan bukti ditemukannya batu bersurat di Kuala Berang Telengganu yang terletak di Pantai Timur Tanah Melayu.
Selain itu, teori ini didukung oleh fakta di mana telah terjadi kegiatan perdagangan antara orang-orang Islam dari Asia barat (Arab-Persi) sejak abad ke-3 H (abad ke-9 M) atau lebih awal yaitu abad pertama kali hijrah (abad ke-7). Menurut Syafi Abu Bakar dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat lebih kurang 200.000 pedagang-pedagang di pelabuhan Katon yang sebagian besarnya adalah pedagang-pedagang Islam. Mengenai teori China ini sebenarnya masih lemah karena secara area atau lokasi, negeri China berada di sebelah utara dan untuk sampai ke China harus melalui Selat Malaka terlebih dahulu. Jika orang-orang Arab berdagang ke China mestinya akan singgah terlebih dahulu di Nusantara sebelum Sampai ke China karena Nusantara berada di tengah-tengah pelayaran perdagangan yang terkenal dengan nama selat Malaka. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa Islam telah ada di Nusantara sebelum ke China.



4.      Teori Eropah
Teori yang menyatakan bahwa Islam itu datang dari eropah secara mutlak berpegang pada apa yang disebutkan oleh pengembara italia Marcopolo bahwa masuknya islam ke Asia Tenggara adalah pada abad ke tiga belas Masehi di sebelah utara pulau sumatera. Dalam hal ini mereka membatasi pendapat hanya pada perjalanan Marcopolo ke daerah tersebut yang terjadi pada tahun 1292 M dengan pendapatnya sebagaimana yang tertulis di dalam Ensiklopedia dunia islam sebagai berikut:
“sesungguhnya semua penduduk negeri ini adalah penyembah berhala kecuali di kerajaan kecil perlak yang terletak di timur laut Sumatera dimana penduduk kotanya adalah orang-orang islam. sedangkan penduduk yang tinggal di bukit-bukit mereka semuanya adalah penyembah berhala atau orang-orang biadab yang memakan daging manusia,”
Selanjutnya, dikatakan pula bahwa karena penamaan ini sebelum kedatangan Marcopolo, maka hal ini menmbulkan tanda Tanya. Mungkin saja daerah samara bukan samudra itu sendiri. Tetapi jika ya demikian, maka Marcopolo salah ketika mengatakan kota itu bukan kota islam, karena sesungguhnya di sana terdapat beberapa batu tertulis dan merupakan pemerintahan islam pertama di samudra. Sultan Malaka yaitu Malik al-Shaleh berada di sana tahun 696 H (1297 M). Dengan demikian itulah masa pertama yang jelas tentang adanya masyarakat islam yang pertama di Nusantara.
5.      Teori Muslim
Ada beberapa pendapat sejarawan Arab dan Muslim tentang masuknya islam di Asia Tenggara. Misalnya Muhammad Dhiya Syahab dan Abdullah bin Nuh mengatakan bahwa banyak buku-buku sejarah dari Barat dan orang-orang yang mengikutinya yang mengira bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 M tetapi saya berkeyakinan bahwa masuknya islam ke Asia Tenggara jauh sebelum masa yang diduga oleh orang-orang asing itu dan para pengikut mereka.
Kemudian pendapat Syarif Alwi bin Thohir Al-Haddad salah seorang Mufti Kesultanan Johor Malaysia mengatakan bahwa pendapat-pendapat para sejarahwan tentang masuknya islam ke Asia Tenggara adalah tidak tepat. Terutama pendapat sejarawan Eropa  yang menetapkan masuknya islam ke jawa pada tahun 800-1300 H, di Sumatera dan Malaysia pada abad ke 7 Hijriah. Kenyataan yang benar bertentangan dengan apa yang mereka katakan. Karena sesungguhnya islam telah mempunyai raja-raja di Sumatera pada abad ke enam bahkan ke lima hijriah.
Kemudian ahli sejarah dan mufti ini mengatakan bahwa telah terjadi kesalahan tentang masuknya islam ke sumatera, negeri-negeri melayu, kepulauan sulu dan Mindanao. Islam telah masuk ke daerah-daerah tersebut sebelum waktu yang disebutkan oleh orang-orang eropa. Bukti-bukti telah menunjukkan hal tersebut. Demikian juga yang terjadi tentang masuknya islam ke jawa dan china. Rahasia (kunci) kesalahan ini sebagaimana dikatakan adalah, bahwasanya orang-orang jawa tidak mempunyai penggalan tahunan yang tepat sebelum masuknya islam dan sesungguhnya hal itu terjadi jauh setelah itu dan di masukkan pada kejadian-kejadian dalam sejarah.
Keterangan-keterangan di atas ditambah lagi dengan apa yang disebutkan oleh sejarah-sejarah Sulu dan Mindanao, bahwasanya Makhdum datang ke daerah-daerah tersebut sebagai da’I pada tahun 1380 M yaitu tahun 782 hijriah bertepatan dengan 1308 tahun jawa. Maka antara masuknya Makhdum Isha ke jawa dan tahun ini terdapat perbedaan yang tak kurang dari 47 tahun.
Selain itu, Dr. Muhammad Zaitun mengatakan bahwa walaupun para sejarahwan menyebutkan masuknya islam ke Malaysia pada abad ke enam hijriah (abad ke 12 M), pendapat yang lebih kuat adalah islam telah masuk kesana jauh sebelum itu. Mungkin tahun yang disebutkan oleh mereka hanya menjelaskan catatan-catatan sejarah seperti yang tertulis di prasasti yang sampai kepadanya sesudah pemerintah wilayah-wilayah tersebut memeluk agama islam dan terbentuk kesultanan-kesultanan islam di daerah tersebut. Di Malaysia, wilayah kedah adalah wilayah yang paling cepat memeluk islam.[8]
6.      Teori Benggali (Bangladesh)
Teori yang menyatakan bahwa Islam itu datang dari Benggali (kini Bangladesh) yang diajukan oleh Fatimi. Fatimi beragumentasi bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang benggali atau keturunan mereka. Selain itu Fatimi menjelaskan bahwa Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya adalah dari arah pantai timur, bukan dari barat (Malaka), pada abad ke 11 M, melalui Kanton, Phanrang, sementara elemen-elemen prasasti yang ditemukan di Terengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran.
Teori Gujarat dan Bengali sebagai tempat asal Islam di Nusantara mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Ini dimunculkan oleh Morrison (1951). Ia menjelaskan meski batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengali, itu tidak berarti Islam juga datang dari sana. Menurut Morrison, pada masa Islamisasi Samudera Pasai yang raja pertamanng raja pertamanya wafat tahun 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Barulah setahun kemudian (699 H/1298M) Cambay, Gujarat ditahlukkan kekuasaan Muslim. Selanjutnya dinyaatakan, meski laskar Muslim beberapa kali menyerang Gujarat - masing-masing 415 H/1024 M, 574 H/1178 M, 595 H/1197 M – raja hindu disana mampu mempertahankan kekuasaannya hingga tahun 698 H/1297 M. Berdasarkan hal tersebut, Morrisson mengemukakan bahwa Islam di Nusantara bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa para Muslim dari Pasai Coromandel pada akhir abad ke-13.[9]



C.      Kesimpulan
Islam datang dikawasan  Melayu  diperkirakan pada sekitar abad ke-7. Kemudian mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal yang diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. Awal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah dari daerah sekitar India dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Sebelum islam datang ke tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut annimisme, hinduisme, dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya Islam secara berangsur-angsur mulai meyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara. Proses islamisasi di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peranan kerajaan Islam. Berawal ketika Raja setempat memeluk Islam, selanjutnya diikuti para pembesar istana, kaum bangsawan dan kemudian rakyat jelata.
Mengenai tempat asal datangnya Islam ke kawasan Melayu ada berbagai teori antara lain; Teori Arab, Teori India, Teori China,Teori Eropah, Teori Muslim, Teori Benggali (Bangladesh). Teori-teori ini masing-masing mempunyai alasan-alan yang mendasarinya. Namun menurut pemakalah sendiri asal datangnya Islam ke kawasan melayu yang lebih dominan adalah dari Arab, karena sebagaimana yang telah dipaparkan bahwasanya teori Arab lebih banyak mengemukakan alasan dan bukti-bukti tentang kedatangan Isalam ke Nusantara dibawa oleh saudagar-saudagar, pendeta dari arab yangmana mereka datang ke Nusantara dengan Tujuan berdagang dan juga menyebarkan agama Islam.





DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Islam dan Tamadun Melayu, Riau: Daulat Riau, 2009.
Helmiati, Islam dalam Masyarakat & Politik Malaysia, Pekanbaru: Suska Press UIN Suska Riau, 2007.
Roza Ellya, Islam dan Tamadun Melayu, Pekanbaru-Riau: Daulat Riau, 2013.
Thohir Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta: Raja Pers, 2011.




[1]Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Raja Pers, 2011), h. 324-325.
[2]Ibid., h. 326.
[3]Ellya Roza, Islam dan Tamadun Melayu, (Pekanbaru-Riau: Daulat Riau, 2013), h. 67.
[4]Helmiati, Islam dalam Masyarakat & Politik Malaysia, (Pekanbaru: Suska Press UIN Suska Riau, 2007), h. 36-37.
[5]Ellya Roza, Op Cit., h. 67-69.
[6]Hasbullah, Islam dan Tamadun Melayu, (Riau: Daulat Riau, 2009), h. 28.
[7]Ellya Roza, Op Cit., h. 70.
[8]Ibid., h. 71-72.
[9]Hasbullah, Op Cit., h. 31-32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar